Sri Mulyani Gencar Cetak Utang Awal Tahun Antisipasi Bunga Makin Mahal

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.
Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) mengatakan penerbitan surat utang yang lebih besar pada awal tahun ini merupakan strategi front loading pemerintah.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
15/3/2023, 10.53 WIB

Kementerian Keuangan berencana memaksimalkan penerbitan surat utang di awal tahun. Langkah ini untuk mengantisipasi kemungkinan suku bunga global yang makin tinggi dalam waktu panjang alias higher for longer seperti yang selama ini disinyalkan The Federal Reserve. 

Dalam dua bulan pertama tahun ini, Kementerian Keuangan telah merealisasikan pembiayaan utang Rp 186,9 triliun. Jumlah tersebut dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penerbitan surat utang secara neto sebesar Rp 177,7 triliun, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu, sedangkan penarikan pinjaman baru secara neto lebih kecil yakni Rp 9,2 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penerbitan surat utang yang lebih besar tahun ini merupakan strategi front loading pemerintah. Hal ini mengantisipasi tren higher for longer alias suku bunga tinggi yang akan bertahan lama.

"Sehingga kita mencoba mencari kesempatan saat suku bunga belum naik dilakukan penerbitan, makanya kelihatan bahwa terjadi kenaikan dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) kita," kata dia dalam konferensi pers APBN KiTA edisi Februari, Rabu (15/3).

Meski demikian, bendahara negara itu memastikan waktu penerbitan surat utang pemerintah akan memperhatikan kondisi pasar obligasi di dalam dan luar negeri. Selain itu, pemerintah akan memperhatikan dari sisi kondisi APBN itu sendiri.

Seperti diketahui, penarikan utang dilakukan untuk menutup defisit anggaran. Sri Mulyani berharap defisit dapat tetap terjaga tahun ini jika penerimaan pajak, kepabeanan dan cukai serta PNBP bisa tetap bagus.

Adapun hingga akhir bulan lalu, pemerintah masih mencetak surplus anggaran mencapai Rp 131,8 triliun. Hal ini ditopang pendapatan negara yang tumbuh mencapai 38,7% dibandingkan tahun lalu, sementara belanja naik kurang dari 2%.

Antisipasi Higher for Longer

Tekanan inflasi yang masih tinggi serta pasar tenaga kerja AS yang masih solid mendorong ekspektasi bahwa The Fed akan melanjutkan kenaikan suku bunga dan mempertahankannya sepanjang tahun. Suku bunga acuan The Fed saat ini berada di level 4,5%-4,75%.

Beberapa pejabat pembuat kebijakan The Fed juga telah memberi sinyal terkait kebijakan higher for longer ini. Suku bunga kemungkinan baru akan dipangkas pada tahun depan.

Kebijakan The Fed yang akan higher for longer itu juga beberapa kali disampaikan gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Sementara BI sendiri belum ada sinyal apakah akan mengambil langkah serupa atau tidak.

Namun, kejatuhan Silicon Valley Bank alias SVB akhir pekan lalu diperkirakan bisa mengubah arah kebijakan The Fed ke depan. Pasar yang semula memperkirakan The Fed meningkatkan laju kenaikan suku bunga acuannya pada pertemuan bulan ini ke 50 bps didukung inflasi tinggi dan pasar tenaga kerja yang ketat. Namun ekspektasi itu berbalik setelah kejatuhan SB, memperkirakan kenaikan hanya seperempat poin atau bahkan tidak naik sama sekali. Analis Nomura bahkan memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga 25 bps.

Reporter: Abdul Azis Said