Harga Batu Bara Jeblok, Ekspor Februari Turun Jadi US$ 21,4 Miliar

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Ilustrasi. Penurunan ekspor secara bulanan terutama disebabkan oleh anjloknya ekspor migas sebesar 20,26% menjadi US$ 1,19 miliar. Sementara ekspor nonmigas turun 2% menjadi US$ 20,21 miliar.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
15/3/2023, 11.50 WIB

Badan Pusat Statistik mencatat, ekspor pada Februari 2023 turun 4,15% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 21,4 miliar. Lesunya kinerja ekspor seiring tren penurunan harga komoditas unggulan Indonesia, seperti batu bara dan timah.

Deputi Bidang Statistik Produksi M. Habibullah menjelaskan, penurunan ekspor secara bulanan terutama disebabkan oleh anjloknya ekspor migas sebesar 20,26% menjadi US$ 1,19 miliar. Sementara ekspor nonmigas turun 2% menjadi US$ 20,21 miliar. 

"Ekspor migas turun terutama disebabkan oleh nekspor hasil minyak yang secara turun 43,87%  dan ekspor gas yang secara nilai turun 14,78%, ujar Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (15/3). 

Ia menjelaskan, kinerja ekspor secara tahunan sebenarnya masih tumbuh mencapai 4,51%, tetapi pertumbuhannya melambat dibandingkan bulan yang sama pada 2020 dan 2021. 

Menurut Habibullah, ada sejumlah faktor yang memengaruhi penurunan ekspor pada bulan lalu. Salah satunya tren penurunan harga komoditas unggulan Indonesia, seperti timah, batu bara, minyak mentah, dan gas alam. Harga keempat komoditas tersebut turun secara bulanan maupun tahunan pada bulan lalu. 

"Pertumbuhan ekonomi beberapa mitra dagang utama Indonesia seperti AS, India dan Korsel pada 2023 ini diperkirakan lebih rendah. Kinerja ekonomi mitra dagang ini bisa mempengaruhi permintaan komoditas ekspor kita," ujarnya. 

Ia mencatat, penurunan kinerja ekspor terutama terjadi pada sektor migas yang anjlok 20,26%, di susul ekspor di sektor pertanian yang turun 9,62% dan pertambangan yang turun 9,62%. Adapun  seluruh sektor mencatatkan penurunan ekspor. 

"Penurunan ekspor pertambangan terutama terjadi untuk batu bara, bijih tambang, lignit, dan barang mineral lainnya," ujarnya. 

Sementara berdasarkan komoditasnya, menurut dia, penurunan ekspor terutama terjadi pada bahan bakar mineral yang anjlok 6,51% menjadi US$ 277 juta. Penurunan ekspor untuk komoditas ini terjadi untuk tujuan Cina, India, dan Jepang. 

Di sisi lain, kenaikan ekspor masih terjadi untuk komoditas mesin dan peralatan elektrik yang mencapai 10,94% menjadi US$ 141 juta. Kenaikan ekspor terutama terjadi untuk tujuan AS, Singapura, dan Jepang. 

Berdasarkan negaranya, kenaikan ekspor masih terjadi untuk tujuan India yang melonjak 19,05% dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ekspor terutama terjadi untuk komoditas bahan bakar mineral, bijih terak, dan abu logam. 

"Sementara negara tujuan ekspor nonmigas yang mengalami penurunan terbesar adalah Korea Selatan yang mencapai 23,45%. Penurunan terbesar terjadi pada komoditas bijih terak, abu logam, dan bahan bakar mineral,"katanya,