Bank-bank di AS dan Eropa Bermasalah, Bagaimana Dampaknya ke ASEAN?

Clarkston Consulting
Ilustrasi. Kejatuhan tiga bank di AS dan masalah Credit Suisse hingga Deutsche Bank akan memberikan dampak tidak langsung terhadap perekonomian ASEAN.
Penulis: Agustiyanti
28/3/2023, 12.41 WIB

Kejatuhan tiga bank di Amerika Serikat, masalah pada Credit Suisse, dan jatuhnya saham Deutsche Bank memicu kekhawatiran terjadinya krisis perbankan global. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, permasalahan perbankan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa tersebut akan menimbulkan dampak ke perekonomian ASEAN, termasuk Indonesia. 

Kondisi terkini yang dihadapi perekonomian global tersebut, menurut dia,  kemungkinan akan diangkat dalam pertemuan para menteri keuangan dan gubernur Bank Sentral ASEAN yang digelar pekan ini. Dalam pertemuan tersebut juga akan hadir perwakilan dari IMF dan Bank for International Settlement atau bank bagi para bank sentral.

Dalam pertemuan tersebut, menurut dia, para pemangku kebijakan kemungkinan akan melihat kembali apakah dibutuhkan upaya untuk memperkuat perbankan dengan mengurangi leverage atau menambah modal bagi bank-bank ASEAN. Selain itu, para pengambil kebijakan juga perlu melihat dampak lanjutan dari kondisi tersebut. 

"Kawasan memiliki kepentingan bagaimana untuk menjaga ketahanan sistem keuangan. Yang lebih sulit juga sebenarnya adalah melihat second impact-nya, bagaimana dampak ke lalu lintas modal, nilai tukar, likuiditas global, dan ketahanan sistem keuangan. Ini menjadi diskusi ekonomi global," ujar Dody dalam ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting di Nusa Dua, Bali, Senin (27/3).

Meski mencermati dampak permasalahan pada perbankan di AS dan Eropa, Dody masih optimistis perekonomian ASEAN pada tahun ini tumbuh lebih baik dibandingkan kawasan lainnya.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu memperkirakan, ekonomi ASEAN akan kembali tumbuh di atas 5%. ASEAN akan menjadi epicentrum of growth. "Indonesia sendiri diharapkan menjadi pusat pertumbuhan bagi kawasan ASEAN," katanya. 

Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya memastikan kejatuhan tiga bank AS dalam sepekan pada bulan ini tak akan memengaruhi kinerja perbankan di dalam negeri. Meski demikian, bank sentral menyebut ketidakpastian pasar keuangan global meningkat akibat kondisi tersebut. 

Perry memaparkan, kondisi kondisi perbankan terkini yang masih kuat. Ini terlihat dari permodalan perbankan yang  kuat tercermin dari Capital Adequacy Ratio alias CAR pada Januari sebesar 25,88%. Risiko kredit terkendali, tecermin dari rasio kredit bermasalah atau NPL pada Januari yang rendah 2,59% secara bruto dan 0,76% neto Demikian juga dengan likuiditas perbankan yang longgar tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 8,18% pada bulan lalu.

"Berbagai kondisi tersebut menopang ketahanan perbankan Indonesia sehingga diperkirakan kinerjanya tidak terdampak langsung oleh dinamika penutupan tiga bank di AS," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (16/3).

Bank sentral juga telah melakukan stress test terhadap perbankan di dalam negeri. Ia menyebut hasilnya menunjukkan ketahanan perbankan Indonesia yang kuat. Namun ia juga memastikan akan terus bersinergi dengan otoritas keuangan lainnya untuk memitigasi berbagai risiko yang ada.

"Secara keseluruhan, asesmen stress test kami menyimpulkan bahwa kondisi perbankan di dalam negeri berdaya tahan terhadap dampak ini, tapi kami terus melakukan pemantauan," kata dia. 

Meski demikian, Perry juga mengatakan kejatuhan tiga bank AS itu meningkatkan ketidakpastian pasar keuangan global yang sebelumnya sebenarnya sudah tertekan oleh pengetatan moneter bank sentral di negara maju. "Ini yang kemudian menahan aliran modal ke negara berkembang dan meningkatkan tekanan terhadap nilai tukar di berbagai negara," ujarnya.

Untuk menjaga rupiah dan stabilitas pasar keuangan domestik, Perry memastikan pihaknya akan terus memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar. Upaya stabilisasi tersebut melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate dan Signature bank dalam sepekan pada pekan kedua bulan ini menyebabkan kecemasan pasar. Kecemasan ini merembet ke Eropa dan berdampak pada bank sistemik global, Credit Suisse yang sudah memiliki masalah sejak lama. Credit Suisse saat ini dalam proses pengambialihan oleh pesaingnya, UBS. 

Adapun terbaru, pasar cemas dengan kondisi Deutshce Bank. Sahamnya anjlok 8,5% pada akhir pekan lalu, Jumat (24/3).