Rupiah Menguat ke Level Rp 14.900/US$ Didorong Data Ekonomi AS

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). Rupiah ditutup melemah 28 poin atau 0,18 persen ke posisi Rp15.601 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.573 per dolar AS akibat dipicu kekhawatiran Bank Indonesia (BI) akan kembali menaikkan suku bunga acuan.
31/3/2023, 09.52 WIB

Rupiah menguat 63 poin ketika dibuka di pasar spot pagi ini ke level Rp 14.984 per dolar AS. Penguatan rupiah didorong ata ekonomi AS yang menimbulkan ekspektasi bahwa bank sentral AS, The Fed, tak akan agresif lagi mengerek suku bunga.

Mengutip Bloomberg, rupiah terus menguat ke arah Rp 14.964 pada pukul 09.20 WIB, atau sudah menguat 0,55% dari penutupan kemarin.

 Mayoritas mata uang Asia lainnya juga menguat. Won Korea Selatan terapresiasi 0,56%, peso Filipina 0,18%, dolar Taiwan 0,05%, dolar Singapura 0,05%, dolar Hong Kong 0,01%, yuan Cina 0,24%, ringgit Malaysia 0,28% dan baht Thailand 0,21%. Sebaliknya, yen Jepang dan rupee India kompak melemah masing-masing 0,28% dan 0,17%.

TheFed Tak Lagi Agresif Kerek Suku Bunga

 Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, memperkirakan rupiah masih akan menguat hari ini di tengah ekspektasi bank sentral AS, The Fed, tak akan lagi agresif mengerek suku bunga. Rupiah kemungkinan menguat ke arah Rp 15.000-Rp 14.980, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.100 per dolar AS.

 "Data ekonomi AS yang dirilis semalam, lebih buruk dari ekspektasi pasar. Ini bisa memberikan katalis positif untuk pergerakan rupiah terhadap dolar AS hari ini," kata Ariston dalam catatannya pagi ini, Jumat (31/3).

Data pertumbuhan ekonomi AS kuartal IV 2022 semalam direvisi lebih rendah, dari laporan bulan sebelumnya 2,7% menjadi 2,6%. Data pasar tenaga kerja juga memburuk. Hal ini terlihat dari klaim baru tunjangan pengangguran AS untuk pekan lalu yang naik untuk pertama kalinya dalam tiga minggu dan berada di atas ekspektasi pasar. 

 Dua data tersebut, kata Ariston, memperkuat ekspektasi pasar bahwa The Fed tak lagi agresif mengerek suku bunga. Dengan demikian, investor akan mulai masuk ke aset berisiko termasuk rupiah.

Pergerakan rupiah juga akan dipengaruhi survei aktivitas manufaktur dan non manufaktur China bulan Maret. Data ini menurutnya bisa menjadi katalis positif untuk rupiah jika hasilnya lebih bagus dari ekspektasi. 

Analis DCFX Lukman Leong juga memperkirakan rupiah kembali menguat hari ini di tengah investor yang mulai tertarik masuk ke aset berisiko. Rupiah kemungkinan bergerak di rentang Rp 15.000-Rp 15.100 per dolar AS.

 "Investor juga mengantispasi data inflasi PCE AS malam ini, dengan indeks harga, income dan spending semuanya diperkirakan lebih rendah dari bulan sebelumnya, meredakan ekspektasi suku bunga The Fed," kata Lukman dalam catatannya.

Berikut pergerakan rupiah selama tiga bulan terakhir, seperti tertera dalam grafik.

Reporter: Abdul Azis Said