Rupiah Menguat saat Mata Uang Asia Berguguran, Terkerek Data Inflasi

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
3/4/2023, 16.52 WIB

Nilai tukar rupiah menguat 0,17% pada perdagangan hari ini ke level Rp 14.971 per dolar AS. Data ekonomi domestik yang positif membantu penguatan rupiah saat mata uang regional lainnya berguguran terhadap dolar AS.

Kurs Garuda mampu menguat saat mayoritas mata uang Asia lainnya melemah. Won Korea Selatan bahkan amblas 1,16% disusul baht Thailand 0,81%, peso Filipina 0,69%, yen Jepang 0,56%, yuan Cina 0,25%, rupee India 0,23%, dolar Taiwan, dolar Singapura dan ringgit Malaysia masing-masing 0,11%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.

"Data inflasi secara mengejutkan jauh lebih rendah, selain itu, data manufaktur PMI Indonesia yang dirilis lebih awal juga lebih kuat dari perkiraan," kata Analis DCFX Lukman Leong, Senin (3/4).

Inflasi Maret secara tahunan sebesar 4,97%, jauh lebih rendah dari bulan sebelumnya masih di 5,47%. Realisasi ini juga menandai inflasi di bawah 5% untuk pertama kalinya setelah enam bulan beruntun inflasi di atas 5% karena kenaikan harga BBM pada September lalu.

Inflasi inti, yang tidak menghitung kenaikan energi dan pangan, juga melambat menjadi 2,94% secara tahunan. Inflasi inti tetap berada di dalam rentang target bank sentral 2%-4%. Inflasi harga pangan bergejolak juga turun tajam dari 7,62% menjadi 5,83% serta inflasi harga diatur pemerintah turun menjadi 11,56% dari bulan sebelumnya masih di atas 12%.

Data S&P Global PMI Manufaktur Indonesia bulan lalu masih mengindikasikan ekspansi, tercermin dari indeks PMI Manufaktur sebesar 51 poin. Meski demikian data itu mengindikasikan manufaktur Indonesia melambat dari bulan sebelumnya yang memiliki indeks 51,5 poin.

Beberapa data penting AS juga dirilis akhir pekan lalu. Inflasi inti pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) sebesar 0,3% pada Februari, kenaikan lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,5% dan di bawah perkiraan pasar 0,4%. Ini merupakan data yang dipakai The Fed sebagai indikator dalam pengambilan kebijakan suku bunga acuannya.

Meski data inflasi tersebut menunjukkkan penurunan, tetapi tak banyak membantu rupiah. Pasalnya, mata uang regional lainnya harusnya berpotensi menguat jika data tersebut memberi sentimen positif ke aset berisiko. Karena itu, Lukman melihat penguatan rupiah hari ini didominasi karena sentimen data domestik.

"Indeks dolar AS menguat pada hari jumat dan kembali menguat hari ini, mata uang regional seperti peso Filipina, ringgit Malaysia dan dolar Singapura malah melemah terhadap dolar AS hari ini," kata dia.

Reporter: Abdul Azis Said