Impor barang konsumsi meningkat 29,12% pada Maret 2023 seiring dengan bulan Ramadan. Kenaikan impor terutama terjadi pada buah-buahan, sayur, dan mesin perlengkapan elektrik.
Badan Pusat Statistik alias BPS melaporkan, nilai impor barang konsumsi tercatat sebesar US$ 1,8 miliar, naik nyaris US$ 400 juta dibandingkan bulan sebelumnya.
"Hal ini didorong berbagai komoditas, antara lain buah-buahan, sayuran, serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya," kata Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi dalam konferensi pers daring, Senin (17/4).
Meski demikian, menurut dia, terdapat beberapa impor barang konsumsi yang identik dengan Ramadan dan Lebaran yang justru turun. Salah satunya, yakni impor kopi, teh, dan rempah-rempah yang turun 17,5% atau US$ 13,1 juta.
Di sisi lain, BPS mencatat impor secara tahunan turun 2,9%. Imam tak memerinci impor komoditas apa saja yang menurun. Ia menjelaskan, penurunan impor secara tahunan kemungkinan terjadi karena kelangkaan pasokan atau gangguan distribusi sehingga pengiriman ke Indonesia berkurang. Selain itu, menurut dia, ada kemungkinan subtitusi beberapa barang yang biasanya diimpor sudah tersedia di dalam negeri.
"Tapi untuk melihat detail, kami perlu melihat data kami secara fakta penyebab utamanya apa nanti bisa kita korelasikan dengan menurunnya impor konsumsi secara tahunan ini," kata Imam.
BPS mencatat, impor secara keseluruhan pada bulan lalu sebesar US$ 20,59 miliar, naik 29,33% dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, impor menyusut 6,26% dibandingkan tahun lalu.
Selain barang konsumsi, kenaikan impor secara bulanan juga didorong barang modal yang naik 34,35% atau US$ 949 juta menjadi US$ 3,67 miliar. Kenaikan tersebut disumbangkan pembelian mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya serta kendaraan udara dan bagiannya.
Impor bahan baku, yang menyumbang hampir tiga perempat nilai impor bulan lalu, berhasil timbuh 28,17% dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai impor bahan baku bertambah US$ 3,32 miliar menkadi US$ 15,1 miliar.
"Didorong komoditas bahan bakar mineral, besi dan baja serta mesin dan perlengkapan elektrik secara bagiannya," kata Imam.