Utang Inggris Membengkak Tembus 100% PDB, Capai Rp 48.819 Triliun
Utang Inggris mencapai 2.567 poundsterling atau setara Rp 48.819 triliun mengacu kurs Rp 19.018 per poundsterling pada Mei 2023. Ini adalah pertama kalinya utang publik yang sebagian besar dimiliki pemerintah negara Pangeran Charles ini menyentuh 100% produk domestik bruto (PDB) sejak 1961.
Kantor statistik nasional Inggris mencatat, kenaikan utang publik Inggris terjadi seiring utang pemerintah Inggris yang menyentuh 20 triliun poundsterling pada Mei 2023, hampir dua kali lipat posisi Mei 2022 sebesar 10,7 triliun poundsterling. Sementara utang di sektor publik Inggris, tidak termasuk bank-bank negara mencapai 19,5 triliun poundsterling.
"Angka keuangan publik yang buruk pada Mei yang semakin meragukan kemampuan kanselir untuk merealisasikan pemotongan pajak pra-pemilihan yang besar sambil tetap memenuhi aturan fiskalnya," kata Ruth Gregory, ekonom di Capital Economics, seperti dikutip dari Financial Times, Rabu (21/6).
Kantor Statistik mencatat, biaya tambahan yang muncul dari skema dukungan energi dan kenaikan pembayaran tunjangan dan biaya staf mendorong belanja sektor publik. Kondisi ini juga menunjukkan peningkatan penerimaan pemerintah yang sangat rendah.
Ekonomi Inggris tengah memasuki masa sulit akibat inflasi yang tinggi. IMF bahkan sempat memperkirakan Inggris akan memasuki jurang resesi pada tahun ini, sebelum akhirnya merevisi ramalannya pada bulan lalu.
IMF saat ini memperkirakan ekonomi Inggris tumbuh 0,4% pada tahun ini, merevisi ramalan pada bulan lalu yakni kontraksi 0,3%. IMF mengatakan, prospek yang membaik mencerminkan ketahanan permintaan yang tak terduga.
Ini sebagian dibantu oleh pertumbuhan gaji yang lebih cepat dari biasanya, pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi, dan kepercayaan bisnis yang meningkat. Penurunan biaya energi yang melonjak dan normalisasi rantai pasokan global juga membantu ekonomi Inggris batal memasuki resesi.
"Prospek untuk pertumbuhan, meski agak membaik dalam beberapa bulan terakhir, tetap lemah," kata IMF, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (23/5).
IMF menyebut, aktivitas ekonomi Inggris telah melambat secara signifikan dibandingkan tahun lalu. Inflasi Inggris juga tetap tinggi menyusul guncangan nilai tukar yang parah akibat perang Rusia di Ukraina. Hingga batas tertentu, pasokan tenaga kerja berkurang akibat pandemi.
Inflasi Inggris kemungkinan akan turun menjadi sekitar 5% pada akhir tahun ini dari lebih dari 10% pada Maret. Inflasi Negara Pangeran Charles ini akan kembali ke target 2% pada pertengahan tahun 2025, sejalan dengan perkiraan dari Bank of England sebelumnya.
BoE telah menaikkan biaya pinjaman pada 12 pertemuan berturut-turut, menaikkan suku bunga menjadi 4,5% bulan ini, dan pasar keuangan melihatnya memuncak pada 5% akhir tahun ini.
IMF memperkirakan, ekonomi kemungkinan akan tumbuh sebesar 1% pada 2024 dan 2% dalam dua tahun berikutnya, sebelum kembali ke tingkat pertumbuhan jangka panjang sekitar 1,5%.