Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan pada sepanjang semester pertama tahun ini mencapai US$ 19,93 miliar atau sekitar Rp 298,95 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.000 per dolar AS. Neraca perdagangan anjlok US$ 5 miliar atau Rp 75 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 24,99 miliar.
Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto menjelaskan, surplus neraca perdagangan pada semester pertama tahun ini terutama disumbangkan oleh sektor nonmigas yang mencapai US$ 28,73 miliar. Sementara neraca perdagangan sektor migas defisit US$ 8,88 miliar.
"Neraca perdagangan Indonesia kembali surplus selama 38 bulan beruntun pada Juni 2023. Namun secara kumulatif hingga Juni 2023, surplus perdagangan tahun ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu," ujar Atqo dalam konferensi pers, Senin (17/7).
Surplus neraca perdagangan yang turun pada semester pertama tahun ini disebabkan oleh kinerja ekspor yang melemah. Ekspor sepanjang semester pertama tahun ini mencapai US$ 128,66 miliar, turun 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kinerja ekspor yang jeblok seiring harga sejumlah komoditas utama Indonesia yang turun sepanjang paruh pertama tahun ini. Berikut catatan BPS terkait harga komoditas yang anjlok pada bulan lalu:
- Minyak kelapa sawit : US$ 817/mt, turun 12,54% mtm atau 45,58% yoy
- Batu bara : US$ 139,4/mt, turun 13,12% mtm atau 62,73% yoy
- Bijih besi : US$ 113,5/dmtu, naik 7,89% mtm tetap turun 13,22% yoy
- Nikel : US$ 21,2/mt, turun 3,36% mtm atau 17,25% yoy
- Gas alam: US$ 2,2 /mmbtu, naik 1,72% mtm tetapi turun 71,55% yoy
- Minyak mentah : US$ 73,3/bbl, turun 1,16% mtm atau 73,3% yoy
Kinerja impor pada semester pertama juga turun 6,42% menjadi US$ 108,73 miliar. Impor nonmigas anjlok 14,51% menjadi US$ 16,64 miliar, sedangkan impor nonmigas turun 4,79% menjadi US$ 92,09 miliar.
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Juni 2023 adalah Tiongkok US$29,99 miliar atau 32,56% dari total ekspor, Jepang US$8,23 miliar atau 8,94%, dan Thailand US$5,31 miliar atau 5,77%. Selain itu, impor nonmigas dari ASEAN mencapai US$ 15,27 miliar atau 16,59% dan Uni Eropa US$6,90 miliar atau 7,49 %
Adapun menurut golongan penggunaan barang, terjadi peningkatan pada impor barang modal senilai US$2.31 miliar atau 13,97% dan barang konsumsi US$266,7 juta atau 2,81%). Sementara impor bahan baku/penolong turun US$10,04 miliar atau 11,4%.