KLHK soal Kualitas Udara Jakarta: Beralih ke Kendaraan Listrik Krusial

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/nym.
Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Selasa (25/7/2023). Berdasarkan data IQAir pukul 16.29 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 168 atau masuk kategori tidak sehat.
Penulis: Agustiyanti
12/8/2023, 16.48 WIB

Kualitas udara Jakarta yang buruk menyebabkan ratusan ribu warga Jakarta terkana infeksi saluran pernafasan atas atau ISPA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan peralihan dari kendaraan konvensional berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik menjadi hal yang sangat krusial bagi penduduk Jakarta. 

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro mengatakan pemakaian bahan bakar minyak untuk kendaraan telah menyumbang emisi berskala besar. Ini membuat kualitas udara menjadi tidak sehat bagi manusia.

"Kita niat mengonversi sepeda motor ke listrik ataupun membeli kendaraan listrik," ujarnya seperti dikutip dari Antara, Sabtu (12/8).

Bloomberg Philanthopics dan Vital Strategies pada tahun 2020 menerbitkan laporan inventarisasi emisi pencemaran udara di Jakarta. Berdasarkan hasil inventarisasi itu, sumber emisi bahan bakar yang digunakan di Jakarta adalah batu bara 0,42%, minyak 49%, dan gas 51%.

Adapun persentase penggunaan bahan bakar di Jakarta menurut sektor-sektornya adalah transportasi sebesar 44%, industri energi 31%, industri manufaktur 10$, perumahan 14%, dan komersial 1%,

Menurut Sigit, kajian itu menempatkan sulfur dioksida pada posisi pertama dari semua emisi dan sumber polusi udara di Jakarta dengan angka mencapai 61,96% dari total 4.254 ton. Emisi sulfur dioksida tersebut dihasilkan oleh pembangkit listrik dari industri manufaktur.

"Kalau polusi lainnya nitrogen oksida (NOx) dan karbon monoksida (CO), PM10, PM2,5, karbon hitam, senyawa organik volatil non-metana (NMVOC) itu sebagian besar disebabkan oleh kendaraan bermotor," katanya.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta sebelumnya menyebut, rata-rata sebanyak 100 ribu warga mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) setiap bulan pada tahun ini karena perubahan cuaca. Dinkes juga mengatakan dampak dari polusi udara bisa menimbulkan penyakit kronis.

"Warga yang terkena batuk, pilek, bahkan pneumonia setiap bulan rata-rata 100 ribu kasus dari 11 juta penduduk," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama.

Ia mencatat, terdapat 638.291 kasus ISPA sepanjang Januari-Juni 2023.  Ada sebanyak 102.609 kasus pada Januari,  104.638 kasus pada Februari, 119.734 kasus pada Maret, 109.705 kasus pada April, 99.130 kasus pada Mei, dan 102.475 kasus pada Juni.

Polusi udara bisa mengakibatkan penyakit kronis seperti radang paru, asma, hingga hipertensi dan jantung. Oleh sebab itu, Dinkes menyarankan masyarakat tetap di rumah jika tak ada keperluan mendesak. "Seandainya kita mau keluar dari ruangan tertutup menuju ruangan terbuka sebaiknya menggunakan masker," katanya.