Impor Melonjak, Neraca Dagang RI dengan Cina Defisit Rp 9 T pada Juli
Badan Pusat Statistik mencatat, Indonesia mengalami defisit perdagangan nonmigas dengan Cina mencapai US$ 621 juta atau setara Rp 9,37 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.092 per dolar AS pada Juli 2023. Defisit perdagangan terjadi seiring impor yang melonjak pada bulan lalu dibandingkan Juni 2023.
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, Indonesia mencatatkan defisit perdagangan nonmigas paling besar dengan Cina, disusul Australia sebesar US$ 549,3 juta dan Jerman sebesar US$ 459 juta. "Defisit perdagangan dengan Cina didorong oleh lonjakan ekspor pada kelompok barang mesin, peralatan mekanik, peralatan elektrik, dan barang dari plastik," ujar Amalia, Selasa (15/8)
Total impor nonmigas dari Cina melonjak 14,3% pada Juli 2023 dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 5,54 miliar, sedangkan ekspor ke Cina naik 7,52% menjadi US$ 493 miliar. Pangsa pasar impor dari Cina mencapai 33,76% dari total impor nonmigas, sedangkan pangsa pasar ekspor Indonesia mencapai 25,07% dari total ekspor nonmigas.
Dari sisi ekspor non migas, Cina mencatatkan US$ 4,93 miliar dengan pangsa 25,07% terhadap total nilai ekspor non migas Indonesia, terutama besi baja dan bahan bakar mineral.
Meski masih mencatatkan defisit dagang dengan Cina, secara keseluruhan neraca perdagangan Tanah Air masih mencetak surplus sebesar US$ 1,3 miliar pada Juli 2023. Namun, surplus tersebut anjlok dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 3,45 miliar dan terendah dalam tujuh tahun terakhir.
Adapun tiga negara penyumbang surplus terbesar adalah India sebesar US$ 1,37 miliar, Amerika Serikat sebesar US$ 1,14 miliar, dan Filipina US$ 718,6 juta.