Pembayaran Bunga Utang Terus Naik, Hampir Tembus Rp 500 T Tahun Depan

ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
Alokasi pembayaran bunga utang meningkat hampir dua kali lipat selama lima tahun periode kedua Jokowi atau sejak 2019 sebesar Rp 275,8 triliun.
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Agustiyanti
17/8/2023, 07.00 WIB

Pemerintah memperkirakan pembayaran bunga utang mencapai Rp 497.3 triliun pada tahun depan, naik 12,7% dibandingkan alokasi APBN tahun ini. Alokasi pembayaran bunga utang itu meningkat hampir dua kali lipat selama lima tahun periode kedua Jokowi atau sejak 2019 sebesar Rp 275,8 triliun. 

Pembayaran bunga utang didominasi oleh bunga utang dalam negeri seiring porsi instrumen SBN yang dominan dalam portofolio utang. Berdasarkan buku nota keuangan, pemerintah telah berkomitmen untuk mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber domestik untuk mendukung upaya kemandirian pembiayaan. 

Selain dampak dari outstanding utang, menurut dia, pembayaran bunga juga sangat dipengaruhi oleh target pembiayaan utang tahun berjalan, tingkat suku bunga utang khususnya imbal hasil (yield) SBN yang dinamis mengikuti pergerakan pasar keuangan, dan perkembangan ekonomi domestik maupun global. Pada semester I tahun 2023, tingkat imbal hasil SBN menunjukkan tren penurunan, merespons dimulainya proses pemulihan ekonomi secara global dan langkah

Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Negara (RAPBN) 2024, pembayaran bunga utang diarahkan dengan menjaga akuntabilitas pengelolaan utang. Selain itu pembayaran bunga utang diarahkan untuk meningkatkan efisiensi bunga utang pada tingkat risiko yang terkendali dengan pemilihan komposisi utang yang optimal dan waktu pengadaan yang tepat. 

Adapun alokasi pembayaran bunga utang pada tahun depan, mencakup pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp 456.8 triliun dan utang luar negeri sebesar Rp40,4 triliun. 

Pertumbuhan pembayaran bunga utang pada 2024 lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan 2023 yang sebesar 14,3% terhadap realisasi pembayaran tahun 2022.

Pembayaran bunga utang juga didasarkan pada beberapa asumsi, antara lain nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama dolar Amerika Serikat (USD), yen Jepang (JPY), dan euro (EUR). Selain itu, pembayaran bunga utang didasarkan tingkat bunga SBN tenor 10 tahun, referensi suku bunga pinjaman serta asumsi spread-nya, diskon penerbitan SBN, serta perkiraan biaya pengadaan utang baru.

Reporter: Zahwa Madjid