Pendiri WEF Sebut 3 Negara Pemegang Kunci Ekonomi Dunia, Termasuk RI

ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Aditya Pradana Putra/nym.
Founder and Executive Chairman, World Economic Forum Klaus Schwab menyampaikan pandangannya dalam sesi pleno VIII B20 Summit Indonesia 2022 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin (14/11/2022).
4/9/2023, 14.13 WIB

Liputan ASEAN BAC - Pendiri Forum Ekonomi Dunia atau WEF Klaus Martin Schwab mengatakan Indonesia akan memegang peranan penting dalam perekonomian global. Selain Indonesia, negara lain yang dinilai memegang peranan penting yaitu Arab Saudi dan Brasil.

Schwab mengatakan masa depan ekonomi global akan bergantung pada kerja sama regional. Kolaborasi regional ini akan menjadi pilar kuat dalam tatanan ekonomi global masa depan.

Schwab menyampaikan tatanan perekonomian global tidak akan dikuasai oleh satu negara saja, seperti saat ini oleh Amerika Serikat atau Cina. Perekonomian dunia akan terdiri dari berbagai level dan didominasi hingga tiga negara secara bersamaan.

"Negara-negara seperti Indonesia, Arab Saudi dan Brasil akan memiliki peran yang sangat krusial dalam konteks ekonomi geopolitik," katanya dalam ASEAN Business & Investment Summit 2023, Senin (4/9).

Ekonomi Hijau hingga Kecerdasan Buatan

Schwab menyampaikan ada tiga hal yang menjadi fokus perekonomian dunia masa depan, yakni ekonomi hijau, kecerdasan buatan, dan koneksi antar-negara. Ekonomi hijau idealnya dilakukan setelah sebuah negara telah mengadopsi digitalisasi atau teknologi kecerdasan buatan.

Dia menilai konsep ekonomi hijau akan menjadi faktor daya saing sebuah negara. Schwab secara khusus memberikan penekanan pada industri energi hijau.

Entitas yang fokus pada energi hijau akan superior dalam sisi biaya produksi. Alhasil, Schwab berpendapat perlombaan yang masing-masing negara lakukan saat ini ada di bidang energi hijau.

"Suatu negara yang bergerak dengan sangat cepat dengan ekonomi hijau akan jadi sangat kompetitif," katanya.

Walau demikian, Schwab mewaspadai agar adopsi teknologi AI tidak dilakukan seperti revolusi industri ketiga. Oleh karena itu, dia memperingatkan semua pemangku kepentingan untuk berhati-hati dalam menggunakan teknologi AI.

Butuh Investasi Rp 2.377 Triliun

Sebelumnya, Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas Medrilzam menyebutkan bahwa jumlah investasi yang dibutuhkan rata-rata Rp 2.377 triliun per tahun dari 2025-2045 untuk melaksanakan kebijakan ekonomi hijau. Investasi hijau juga akan memberikan manfaat penciptaan lapangan kerja untuk 1,66 juta orang pada 2045. 

“Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan kebijakan yang mengarah pada penguatan pembiayaan inovatif hijau, seperti blended finance, impact investment, carbon tax, dan lainnya. Maka dibutuhkan rata-rata Rp 2.377 triliun per tahun,” ujar Medrilzam dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (11/8).

Sebagai informasi, penurunan emisi karbon di Indonesia selalu memenuhi target dalam tiga tahun terakhir. Penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) berkontribusi mengurangi emisi. 

Pada 2021, Indonesia berhasil mengurangi emisi sebesar 69,5 juta ton CO2 ekuivalen (CO2e) menurut data Kementerian ESDM. Pengurangan emisi ini melebihi target 67 juta ton CO2e.  

Pada 2019, Indonesia berhasil mengurangi 54,8 juta ton CO2e. Ini melebihi target yang ditetapkan sebesar 51 juta ton CO2e. Hal yang sama terjadi pada 2020. Indonesia berhasil mengurangi 64,4 juta ton CO2e, melebihi target 58 juta ton CO2e.
 
Sementara itu, riset Bain and Company, Temasek, GenZero, bersama Amazon Web Services bertajuk Southeast Asia’s Green Economy 2023 Report menemukan nilai investasi untuk mendukung ekonomi hijau di kawasan Asia Tenggara justru menurun dalam dua tahun terakhir.
 
Tercatat, nilai investasi hijau Asia Tenggara pada 2022 hanya mencapai US$ 5,2 miliar atau setara Rp 77,45 triliun (kurs Rp14.895/US$). Angka tersebut turun 7 % dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
 
Reporter: Andi M. Arief