IMF: Suku Bunga akan Tetap Tinggi Hingga 2025, ASEAN Harus Waspada
Dana Moneter Internasional atau IMF memperkirakan, tingkat suku bunga global akan tetap tinggi hingga 2025. Gangguan rantai pasok akibat pandemi Covid-19 dan perang antara Ukraina dan Rusia yang menyebabkan lonjakan pada harga belum turun signfikan sehingga akan membuat bank-bank sentral, terutama di negara maju mempertahankan suku bunga tinggi.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva menjelaskan, tekanan harga di negara-negara maju dan negara-negara emerging market memang sudah mulai menurun saat ini. Namun, penurunan harga tersebut belum cukup.
"Kami perkirakan suku bunga akan tetap tinggi, kemungkinan hingga 2025. Ini akan menimbulkan konsekuensi terhadap negara-negara ASEAN dari sisi biaya dana dan juga nilai tukar," ujar Georgieva dalam plenary session on three sub-themes of AIPF, di Jakarta, Selasa (5/9).
Ia mengatakan, suku bunga tinggi di AS dan Eropa berpotensi menekan nilai tukar negara-negara ASEAN. Apalagi, kebutuhan pembiayaan anggaran masing-masing negara ASEAN masih cukup tinggi.
Meski demikian, menurut dia, ada sisi baik yang dimiliki ASEAN, yakni pertumbuhan ekonomi yang kuat. Ekonomi ASEAN diperkirakan tumbuh 4,6% pada tahun ini, jauh lebih tinggi dibandingkan ekonomi global yang hanya tumbuh 3%,
"Mempertahankan momentum pertumbuhan ini sangatlah penting. Hal ini memberikan kontribusi kepada Anda, masyarakat Asean, memberikan kontribusi kepada dunia,” katanya.
Ekonomi ASEAN memang tumbuh kuat dibandingkan kondisi ekonomi global. Namun, menurut dia, ekonomi ASEAN juga sempat kehilangan potensinya akibat pandemi Covid-19.
Ia mengatakan, ekonomi dunia memang berhasil selamat dari pandemi. Namun, ada biaya mahal yang ditanggung ekonomi dunia. Ia menyebut, hanya ekonomi Amerika Serikat di antara ekonomi terbesar dunia lainnya yang berhasil kembali tumbuh ke level sebelum pandemi Covid-19.
"“ASEAN sebenarnya diprediksikan tumbuh sangat kuat sebelum pandemi,. Namun, pertumbuhan ekonomi ASEAN turun hingga separuhnya. ASEAN kehilangan potensi PDB hingga 8%. Jadi, ini adalah satu konsekuensi signifikan,” kata dia.
Ia mengatakan, ada tiga hal yang dapat dilakukan negara-negara ASEAN untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang kuat ke depan. Pertama, menjaga stabilisasi ekonomi mikro dan keuangan. Negara-negara ASEAN perlu memastikan perpajakan dipungut secara penuh dan memberantas penghindaran pajak. Kedua, berinvestasi padapendidikan dan keterampilan untuk masyarakat. Ketiga, negara-negara ASEAN perlu berinvestasi dalam ekonomi hijau.
Untuk kelima kalinya, Indonesia didapuk menjadi Keketuaan ASEAN. Situasi dunia tahun ini yang belum kondusif tentu menjadi tantangan tersendiri dalam mengemban amanah tersebut. Persaingan kekuatan besar dunia yang meruncing mesti dikelola dengan baik agar konflik terbuka dan perang baru tidak muncul, terutama di Asia Tenggara.
Keketuaan Indonesia juga diharapkan menjadi pintu bagi ASEAN untuk berperan aktif dalam perdamaian dan kemakmuran di kawasan melalui masyarakat ekonomi ASEAN. Untuk itu, Indonesia hendak memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadikan Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan dunia yang berkelanjutan.
Simak selengkapnya di https://katadata.co.id/asean-summit-2023 untuk mengetahui setiap perkembangan dan berbagai infomasi lebih lengkap mengenai KTT Asean 2023.
#KatadataAseanSummit2023 #KalauBicaraPakaiData