Bank Dunia Lihat Prospek Ekonomi RI Tahun Ini Lebih Cerah

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Ilustrasi. Pertumbuhan ekonomi pada tahun depan diproyeksi tetap sebesar 4,9%.
Penulis: Agustiyanti
2/10/2023, 18.23 WIB

Bank Dunia menaikkan prospek pertumbuhan ekonomi pada tahun ini lebih tinggi dari ramalan sebelumnya pada April 2023 sebesar 4,9% menjadi 5%. Sementara pertumbuhan ekonomi pada tahun depan diproyeksi tetap sebesar 4,9%. 

"Sebagian besar perekonomian di kawasan berkembang di Asia Timur dan Pasifik, selain beberapa negara Kepulauan Pasifik, telah pulih dari serangkaian guncangan sejak 2020 dan terus tumbuh, meskipun dengan laju yang lebih lambat," ujar Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo seperti dikutip dari Antara, Senin (2/10). 

Dalam laporan terbarunya, Bank Dunia juga memangkas prospek pertumbuhan ekonomi sejumlah negara di Asia Timur dan Pasifik. Prospek pertumbuhan ekonomi Malaysia dipangkas dari 4,3% menjadi 3,9% pada tahun ini, tetapi direvisi ke atas dari 4,2% menjadi 4,3% pada tahun depan. 

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Thailand pada tahun ini juga dipangkas dari 3,6% menjadi 3,4%. Demikian pula dengan prospek pertumbuhan tahun depan dari 3,7% menjadi 3,5%. 

Bank Dunia bahkan memangkas prospek pertumbuhan ekonomi Vietnam tahun ini lebih dalam yakni mencapai 1,5% dibandingkan April 2023 menjadi 4,7%. Prospek pertumbuhan ekonomi Vietnam pada tahun depan juga dipangkas hingga 1% menjadi 5,5%. 

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Filipina diproyeksikan tetap yakni sebesar 5,6% pada tahun ini. Namun, Bank Dunia memangkas prospek pertumbuhan ekonomi Filipina pada tahun depan dari 5,9% menjadi 5,8%. 

Di sisi lain, Bank Dunia menaikkan prospek pertumbuhan ekonomi Kamboja dari 5,2% menjadi 5,5 pada tahun ini dan dari 5,7% menjadi 6,1% pada tahun depan.

Laporan tersebut menjelaskan,  kebijakan makroekonomi sebagian besar negara Asia Pasifik pada tahun ini tidak terlalu ekspansif dibandingkan periode 2020-2022. Negara-negara besar di kawasan ini juga diproyeksikan memiliki keseimbangan struktural yang lebih rendah pada 2023 dibandingkan 2022, kecuali Indonesia yang telah mengalami konsolidasi fiskal yang signifikan pada 2022.

Di sisi lain, menurut Bank Dunia wilayah Asia Timur dan Pasifik mengalami perlambatan pertumbuhan ekspor dan sebagian besar wilayah mengalami peningkatan signifikan dalam semua bentuk utang. Porsi utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di kawasan ini telah meningkat rata-rata sebesar 10 poin persentase sejak tahun 2019. Beberapa negara juga mengalami ketidakpastian kebijakan yang tinggi akibat transisi dan ketidakstabilan politik, serta ketegangan internasional.

Aaditya juga mengatakan, apa yang terjadi di Cina penting bagi seluruh kawasan. Ini karena penurunan pertumbuhan sebesar satu persen dikaitkan dengan penurunan pertumbuhan regional sebesar 0,3%. 

Adapun Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi di Cina diproyeksikan tetap sama di angka 5,1% pada 2023, tetapi melambat menjadi 4,4% pada 2024. Ini seiring memudarnya dampak pelonggaran pandemi terhadap ekonomi Cina di tengah peningkatan utang dan kelemahan di sektor properti.

Sementara pertumbuhan ekonomi di wilayah lainnya di kawasan tersebut diperkirakan akan meningkat 4,7% pada 2024, seiring dengan pelonggaran kondisi keuangan global dan pemulihan ekonomi global mengimbangi dampak perlambatan pertumbuhan di Cina.