Kepala Bappenas Yakin RI Sudah Penuhi Semua Syarat Jadi Anggota OECD

ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Akbar Nugroho Gumay/wsj.
Sekjen OECD Mathias Cormann berjalan menuju lokasi KTT G20 Indonesia, Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022).
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lavinda
9/10/2023, 18.58 WIB

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas Suharso Monoarfa meyakini Indonesia bisa segera menjadi anggota Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), karena sudah memenuhi semua indikator dan persyaratan yang ada.

Suharso menjelaskan, untuk menjadi bagian dari OECD, dibutuhkan proses yang panjang, bahkan membutuhkan waktu lebih dari tiga tahun.

Namun, ia menilai Indonesia sudah memenuhi semua indikator dan persyaratan OECD untuk menjadi negara maju.

“Semua indikator, semua indeks yang kami tawarkan bisa menjadi salah satunya, inline dengan indikator OECD untuk persyaratan menjadi negara maju. Mudah-mudahan bisa cepat menuju negara maju,” kata Suharso dalam acara sosialisasi RPJPN 2025-2045 dan RPJMN Teknokratik 2025-2029 Senin (9/10).

Suharso menilai Indonesia berhasil mendorong pendapatan nasional bruto atau gross national income (GNI) dari kisaran US$ 700 pada 2001 menjadi US$ 4.580 pada 2022, atau dalam waktu 21 tahun. 

“Masa kita tidak bisa dalam waktu 20 tahun dari US $5.000–an menjadi US$ 30.000?” katanya. 

Menurut Suharso, angka tersebut menjadi penting, karena sudah saatnya Indonesia keluar dari perangkat pendapatan kelas menengah atau middle income trap setelah 30 tahun terjebak.

“Angka ini penting karena kita ingin keluar dari middle income, kita sudah 30 tahun di sana. Cina saja kini sudah upper middle class,” ujar Suharso.

Diberitakan sebelumnya, Bank Dunia menyebut perekonomian Indonesia sedang memasuki masa transisi untuk naik kelas menjadi kelompok negara berpenghasilan menengah atas.

Negara-negara di Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia, menikmati pertumbuhan ekonomi yang secara rata-rata lebih tinggi dibandingkan kawasan lain selama beberapa dekade terakhir sehingga perekonomiannya bisa naik kelas.

Bank Dunia menyebut rata-rata pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di kawasan ini telah membawa sebagian besar perekonomian negara-negara tersebut naik kelas menjadi negara berpenghasilan menengah. Terdapat enam negara yang dimaksud, yakni Kamboja, Laos, Mongolia, Myanmar, Papua Nugini dan Vietnam. Seluruhnya berhasil naik kelas menjadi berpenghasilan menengah ke bawah pada awal 2000-an berkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan. 

"Meskipun Indonesia dan Filipina tetap pada level yang sama, yakni kategori penghasilan menengah bawah, mereka sekarang berada di ambang transisi ke kelompok berpenghasilan menengah atas," kata Bank Dunia dalam laporan EAP Economic Update April 2023 dikutip Selasa (4/4).

Reporter: Zahwa Madjid