India, Rusia hingga Bangladesh Batasi Ekspor Pangan, Ini Dampak ke RI
Sejumlah negara menerapkan kebijakan restriksi ekspor bahan pangan, di tengah persediaan komoditas pangan yang terbatas.
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan ada empat negara yang menerapkan restriksi ekspor beras, yakni India, Rusia, Bangladesh, dan Uganda.
“Selain India, Bangladesh dan Rusia juga yang melakukan restriksi ekspor beras. Namun dua negara terakhir ini bukan importir utama jadi tidak berpengaruh,” ujar Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (16/10).
BPS mencatatkan Indonesia telah mengimpor beras hingga 1,78 juta ton impor beras sejak Januari 2023 hingga September 2023. Total nilai impor mencapai US$ 980 Juta.
Dia menjelaskan proporsi impor beras dari India kian menyusut sejak berlakunya restriksi ekspor komoditas unggulan sejak 20 Juli 2022 lalu.
Thailand menjadi importir terbesar RI sepanjang tahun ini, dengan angka ekspor senilai US$ 466 juta. Kemudian, Vietnam US$ 456 juta dan ketiga India US$ 31 juta.
Sebagai informasi, restriksi ekspor komoditas unggulan muncul akibat adanya kondisi cuaca kemarau panjang akibat El Nino. Akibatnya, sejumlah negara menahan stok pangannya untuk kebutuhan luar negeri.
Selanjutnya, kebijakan restriksi ekspor gula juga diterapkan oleh India, Lebanon dan Pakistan.
Kebijakan restriksi ekspor unggulan yang dilakukan India juga berpengaruh pada proporsinya terhadap persentasenya dalam impor gula ke Indonesia. Pada September 2023, Indonesia telah melakukan impor gula hingga US$ 247,17 juta pada beberapa negara.
Saat ini, Thailand memegang persentase terbesar importir gula ke dalam negeri sebesar 58,76% pada September 2023. Selain itu, Brasil menjadi terbesar kedua dengan pangsa nilai impor gula hingga 39,41%.
Tak hanya itu, beberapa negara juga menerapkan restriksi ekspor komoditas jagung, di antaranya adalah Rusia, Belarus, Kosovo, Uganda, dan Serbia.