Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat pada awal perdagangan Selasa (17/10). Kenaikannya mencapai 0,09% ke level Rp 15.706, per dolar. Sehari sebelumnya, rupiah ditutup pada level Rp 15.710.
Analis pasar uang Lukman Leong memperkirakan pergerakan rupiah akan menguat oleh koreksi pada dolar AS di tengah sentimen pasar. "Pidato dovish dari Presiden Federal Reserve Bank Philadelphia Patrick Harker juga ikut menekan dolar AS,” ujarnya.
Namun, penguatan rupiah dinilai akan terbatas mengingat kekhawatiran akan eskalasi perang Israel-Hamas. Mata Uang Garuda diperkirakan akan bergerak dalam rentang Rp 15.650 hingga Rp 15.750 per dolar AS.
Sebagai informasi, melansir Reuters, Presiden Federal Reserve Bank of Philadelphia Patrick Harker kemarin mengatakan bank sentral AS tidak boleh menciptakan tekanan baru dalam perekonomian dengan meningkatkan biaya pinjaman.
“Saat ini kami seharusnya tidak memikirkan kenaikan apa pun dalam target suku bunga The Fed," kata Harker kepada kelompok bankir setelah pidatonya. Ia juga kembali menegaskan keyakinannya bahwa The Fed telah berhasil menaikkan suku bunga saat tekanan inflasi sedang surut.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra berpendapat potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka hari ini. Sentimen akibat konflik Israel-Hamas dan ekspektasi suku bunga tinggi The Fed untuk menekan turun inflasi AS masih terus terjadi di pasar.
Rencana serangan darat Israel dikhawatirkan mendorong negara lain melibatkan diri sehingga konflik meluas. Dolar AS masih dianggap sebagai instrumen investasi yang dapat menjaga nilai aset di tengah kondisi perekonomian yang tidak stabil.
Di sisi lain, kondisi ekonomi AS yang masih terlihat solid dapat mendorong kenaikan suku bunga. “Selain itu, pelaku pasar juga berekspektasi pendapatan perusahaan terbuka di AS akan positif di kuartal ketiga ini,” kata Ariston.
Dari dalam negeri, data neraca perdangan pada September 2023 memperlihatkan surplus yang melebihi ekspektasi pasar. Hal ini seharusnya bisa memberikan sentimen positif dan membantu penguatan rupiah.
Namun, sentimen eksternal biasanya lebih kuat dibandingkan internal. Ariston menilai potensi pelemahan ke area resisten Rp 15.760, dengan potensi support di sekitar Rp 15.700 per dolar AS.