BI Soal Rupiah Nyaris 16.000 per US$: Permintaan Valas Korporasi Besar
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat nyaris melewati level psikologis 16.000, dan menyentuh level tertinggi sepanjang 2023. Tepatnya pada pekan keempat Oktober, rupiah berada di level 15.967. Pada perdagangan hari ini, Senin (30/10), rupiah menguat ke level 15.867.
Melansir bloomberg, ringgit Malaysia menguat paling kokoh terhadap dolar AS, yakni 0,30%. Disusul kemudian oleh baht Thailand yang menguat 0,19%, dan dolar Singapura menguat 0,11%. Sementara itu, rupiah menguat terbatas, yakni hanya di kisaran 0,12%.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menilai di antara mata uang Asia lain, rupiah salah satu mata uang yang menguat paling terbatas terhadap dolar AS. Salah satu alasan penguatan rupiah terbatas adalah permintaan valuta asing dari korporasi yang besar.
“Hari ini beberapa mata uang Asia menguat terhadap dolar AS, termasuk rupiah. Memang rupiah menguatnya agak terbatas dibandingkan baht Thailand dan ringgit Malaysia yang menguatnya relatif lebih besar,” kata Edi kepada Katadata.co.id, Senin (30/10).
Namun, Edi menilai persediaan dan permintaan valuta asing di pasar masih sangat terkendali. Bank Indonesia pun telah melakukan intervensi, baik di pasar spot maupun pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).
Kendati menunjukkan penguatan, tidak bisa dipungkiri bahwa kini rupiah telah mendekati level psikologis 16.000. Edi mengatakan, Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan pasar.
"Hal yang penting adalah menjaga keyakinan pasar yaitu dengan memastikan keseimbangan persediaan dan permintaan valuta asing di pasar tetap terjaga,” kata Edi.