Rupiah Kian Melemah, Sri Mulyani Minta Perusahaan Jaga Neraca Keuangan

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/Spt.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan paparan dalam konferensi pers APBN KiTa di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lavinda
2/11/2023, 09.12 WIB

Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), karena mata uang Greenback ini yang terus menguat terhadap hampir seluruh mata uang di dunia. Hingga akhir perdagangan kemarin, rupiah menyentuh level 15.935.

Menanggapi kondisi ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta para direktur utama atau chief of executive (CEO) perusahaan di Tanah Air untuk memitigasi dampak depresiasi rupiah terhadap neraca keuangan masing-masing.

Pasalnya, indeks dolar AS berada pada level cukup tinggi, yakni 106, dan hal tersebut berdampak pada pelemahan mata uang lain di banyak negara.

"Para CEO tolong panggil CFO (direktur keuangan) dan tanya pengaruhnya ada tidak terhadap perubahan yang sangat cepat ini," ujarnya dalam Kompas 110 CEO Forum, Rabu (1/11).

Menanggapi rupiah yang terus terdepresiasi, Sri Mulyani mengatakan hingga saat ini pemerintah melakukan koordinasi tdengan Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dari guncangan eksternal.

"Dengan KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) juga terus memantau apakah sektor keuangan cukup tahan terhadap adanya tekanan yang luar biasa," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menilai di antara mata uang Asia lain, rupiah salah satu mata uang yang menguat paling terbatas terhadap dolar AS.

Salah satu alasan penguatan rupiah terbatas adalah permintaan valuta asing dari korporasi yang besar.

Namun, Edi menilai persediaan dan permintaan valuta asing di pasar masih sangat terkendali. Bank Indonesia pun telah melakukan intervensi, baik di pasar spot maupun pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).

Reporter: Zahwa Madjid