Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki memperkirakan, harga minyak sawit mentah atau CPO dapat menembus US$ 1.000 per ton tahun depan. Harga minyak sawit akan naik ke level tersebut jika produksi minyak kedelai dan minyak bunga matahari turun pada 2024.
Ketua Umum Gapki Eddy Martono memperkirakan produksi kedua komoditas tersebut berpotensi turun karena negara-negara produsennya mengalami El-Nino ringan. Menurut Edy, bunga matahari dan kedelai tumbuh di negara musiman yang rentan pada perubahan cuaca.
"Kalau negara produsen kedua komoditas itu ada masalah di cuaca, kemungkinan harga CPO tahun depan ada di atas US$ 1.000 per tahun, tapi enggak banyak lebihnya," kata Eddy di Indonesian Palm Oil Conference 2023, Jumat (3/11).
Eddy menyampaikan, produksi CPO di dalam negeri pada tahun depan akan terkoreksi akibat El Nino. Namun, harga CPO saat ini masih belum menembus US$ 1.000 per ton atau senilai US$ 855 per 25 Oktober 2023.
The Solvent Extractors Association of India atau SEA India mendata harga CPO pada akhir Oktober turun 8,84% dari capaian Oktober 2022 senilai US$ 938 per ton. Penurunan harga tersebut dinilai disebabkan oleh tingginya volume produksi minyak kedelai dan minyak bunga matahari.
SEA India mencatat harga minyak kedelai turun 27,38% secara tahunan pada Oktober 2023 menjadi US$ 989 per ton. Sementara itu, harga minyak bunga matahari runtuh hingga 33,73% menjadi US$ 935 per ton.
Efek Minyak Bunga Matahari
CEO Westbury Group Abdul Rasheed Janmohammed menjelaskan, pasokan minyak bunga matahari di pasar melonjak akibat perang Ukraina-Rusia. Menurutnya, jalur distribusi minyak bunga matahari dari Rusia dan Ukraina saat ini terancam tertutup akibat konflik tersebut. Maka dari itu, produsen menggenjot produksi dan mendorong distribusi sebanyak-banyaknya ke pasar global.
Janmohammed mengatakan, produsen minyak bunga matahari saat ini fokus pada kelancaran arus kas dibandingkan mencari keuntungan. "Skenario ini akan berlangsung cukup lama dan kita masuk ke periode produksi rendah untuk CPO. Jadi, saya merasa pasar minyak nabati punya potensi untuk pengembangan dan stabilisasi harga," katanya.
Senada, Direktur Eksekutif SEA India B. V. Mehta mengatakan, peningkatan pasokan minyak bunga matahari di pasar global disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina. Menurutnya, konflik tersebut menyebabkan ketidakpastian di wilayah produsen.
Mehta menyampaikan ketidakpastian tersebut membuat harga minyak bunga matahari menjadi minyak nabati dengan harga terendah di Negeri Bollywood. IA menekankan hal tersebut tidak biasa lantaran minyak bunga matahari umumnya jenis minyak nabati termahal di India dan dunia.
Mehta berpendapat rendahnya harga minyak bunga matahari dimanfaatkan oleh pelaku usaha India untuk meningkatkan pembelian. "Minyak bunga matahari sangat populer di bagian selatan India," ujarnya.
Oleh karena itu, Mehta melaporkan minyak bunga matahari kini mendominasi stok minyak nabati di India. Mehta memaparkan stok minyak nabati di Negeri Bollywood mencapai 3,62 juta ton pada awal Oktober 2023 dari kondisi normal sekitar 2 juta ton.
"Kami punya banyak stok minyak nabati karena minyak bunga matahari, bukan minyak sawit," ujarnya.