Usai 7 Kuartal Berturut-Turut, Pertumbuhan Ekonomi RI Tak Tembus 5%
Badan Pusat Statistik melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 4.94% pada kuartal ketika tahun ini. Pertumbuhan ini menjadi yang pertama kalinya di bawah 5% usai tujuh kuartal berturut-turut.
Faktor pemicu penurunan tersebut adalah kinerja ekspor yang merosot drastis. Angkanya tercatat minus 4,26%, lebih buruk daripada kuartal kedua tahun ini yang sebesar minus 2,97%.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan ekspor barang nonmigas, seperti bahan bakar mineral, lemak, dan mineral hewan atau nabati, dan mesin atau peralatan listrik mengalami pelemahan.
"Selain itu ekspor juga terkontrasi pada barang migas, seperti gas alam, hasil minyak dan minyak mentah," ujar Amalia dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal III 2023, Senin (6/11).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam perhitungan kuartalan lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pola yang biasa terjadi pada tahun sebelumnya.
Menurut Amalia, pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga selalu lebih rendah dibanding kuartal kedua, kecuali pada 2020 saat pandemi Covid-19 terjadi. Berdasarkan komponen pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia terbesar masih berasal dari konsumsi rumah tangga.
Komponen konsumsi rumah tangga tumbuh 5,06% dan berkontribusi 52,62% terhadap PDB. "Angkanya relatif kecil dibanding kuartal lalu, karena sudah mencapai puncaknya pada kuartal kedua," kata Amalia.
BPS juga menyebut industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi, yakni 1,06%. Pertumbuhan ekonomi dari sisi lapangan usaha didorong oleh peningkatan aktivitas produksi, mobilitas masyarakat, dan kunjungan wisatawan yang meningkat.
Selain itu, terselenggaranya acara nasional dan internasional, juga kegiatan politik menjelang pemilihan umum. Kontribusi industri pengolahan kuartal ketiga tahun ini lebih besar dari kuartal kedua tahun ini yang sebesar 0,98%, dan lebih besar dari kuartal ketiga tahun lalu, yakni 0,99%.
"Industri pengolahan tumbuh 5,2%, di atas pertumbuhan ekonomi. Ini ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik," ujar Amalia.
Rincian pertumbuhan industri pengolahan antara lain, industri barang logam, komputer barang elektronik, dan optik peralatan listrik tumbuh 13,68%, terutama disebabkan peningkatan barang logam.
Kemudian, industri logam dasar tumbuh 10,86%, didorong permintaan luar negeri, terutama produk feronikel dan nickel matte. Selanjutnya, industri alat angkut tumbuh 7,31%, terutama didorong produksi sepeda motor. Industri barang galian bukan logam tumbuh 7,2%, didorong permintaan domestik terutama semen.
Kontribusi besar terhadap produk domestik bruto menurut lapangan usaha utama adalah industri pengolahan, pertanian, konstruksi, perdagangan, dan pertambangan melanjutkan tren pertumbuhan yang positif. "Ini memberi kontribusi 65,32% terhadap produk domestik bruto (PDB)," kata Amalia.