Kementerian Perhubungan akan mengubah formula harga tiket kereta api ringan atau LRT Jabodebek. Hal tersebut dilakukan menghadapi pengurangan frekuensi perjalanan akibat perawatan sebagian besar rangkaian LRT Jabodebek.
Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati mengatakan, pemerintah sedang mendiskusikan penghitungan tarif LRT secara dinamis atau dynamic pricing. Menurutnya, tarif LRT dapat lebih murah pada waktu puncak dengan skema tersebut.
"Skema tersebut akan seperti yang dilakukan operator kereta perkotaan. Itu yang sedang kami upayakan," kata Adita di Gedung DPR, Selasa (7/11).
Tarif LRT sepanjang September 2023 menggunakan skema satu tarif, yakni Rp 5.000 setiap perjalanan. Namun, tarif LRT mulai menggunakan skema normal per Oktober 2023 atau hingga sekitar Rp 20.000 untuk jarak terjauh.
Tarif LRT untuk kilometer pertama adalah Rp 5.000 dan ditambah Rp 700 untuk setiap kilometer berikutnya. Adita menyampaikan, pemerintah telah menambah promo tarif LRT menjadi maksimal Rp 10.000 untuk jarak terjauh pada akhir pekan.
Adita mengatakan, tarif LRT dapat lebih murah dari Rp 5.000 pada waktu puncak, yakni pukul 06.00-10.00 WIB. Namun, Adita menekankan tarif LRT masih akan sama sebelum sekam tarif dinamis tersebut diterapkan.
Ia pun menargetkan implementasi skema tarif dinamis tersebut dilakukan secepatnya. Adita mengatakan, implementasi tarif dinamis membutuhkan waktu lantaran sistem yang digunakan saat ini.
"Kembali ke waktu puncak dan tidaknya. Jadi, ketiak memang lagi waktu puncak, harganya bisa jadi lebih murah," katanya.
Pengamat Transportasi Publik Djoko Setijowarno menyarankan agar operator memangkas tarif LRT dengan tarif maksimal senilai Rp 10 ribu untuk setiap perjalanan. Hal tersebut akan menekan kekecewaan masyarakat terhadap pengoperasian LRT yang seharusnya masih pada masa uji coba.
"Tarif LRT saat ini sudah mahal, macet, hasilnya orang kecewa. Kalau tarif LRT hanya bayar antara Rp 5.000 sampai Rp 10 ribu, enggak mungkin orang minta pelayanan cepat," kata Djoko kepada Katadata.co.id.
Sebanyak 13 rangkaian LRT Jabodebek mendapatkan perawatan bubut roda. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan kondisi roda kereta sesuai dengan persyaratan LRT Jabodebek. Di samping itu, PT Kereta Api Indonesia menemukan dua rangkaian LRT mengalami gangguan integrasi sistem persinyalan.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menargetkan perbaikan kereta api ringan atau LRT Jabodebek rampung pada Desember 2023. Sebanyak 15 rangkaian LRT Jabodebek saat ini sedang dalam masa perawatan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan.
Jumlah rangkaian LRT Jabodebek yang beroperasi kini hanya delapan unit. Frekuensi perjalanan LRT Jabodebek turun menjadi hanya satu sampai dua perjalanan per jam.
"Kami sudah melakukan rapat dua kali dan kami melakukan penilaian tentang apa saja yang harus dilakukan baik sarana maupun prasarana. PT KAI akan meningkatkan itu dan mudah-mudahan pada Desember 2023 semuanya bisa berjalan dengan baik," kata Budi.
Direktur Jenderal Perkeretaapian M Risal Wasal mengatakan pemerintah sedang berkoordinasi dengan konsultan dalam menangani masalah tersebut. Namun Risal tidak menyebutkan siapa konsultan yang dimaksud.
Kemenhub bekerja sama dengan dua perusahaan konsultan asal Inggris dalam memastikan kesiapan operasional LRT Jabodebek. Konsultan yang dimaksud adalah The Crossrail International dan PT Mott Macdonald Indonesia.