Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi RI Masih Kuat Dibanding Negara Lain

Youtube/DPR RI
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lavinda
7/11/2023, 19.24 WIB

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu memperkirakan tren perlambatan ekonomi global akan berlanjut, dan berpotensi memengaruhi pertumbuhan ekonomi pada 2023 di kisaran 5%.

Hal ini diungkapkan setelah data pertumbuhan ekonomi pada triwulan ketiga tercatat melambat menjadi 4,94% secara tahunan atau year on year (yoy). Kendati melambat, menurut Febrio, Indonesia termasuk salah satu negara dengan kinerja pertumbuhan ekonomi yang masih relatif kuat.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil di tengah tantangan global. Hal ini menunjukkan APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) menjalankan fungsinya sebagai stabilisator dan peredam gejolak untuk melindungi masyarakat dengan baik,” kata Febrio dalam keterangan resmi, Selasa (7/11).

Untuk menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi, pemerintah menerbitkan paket kebijakan di pengujung tahun. Kebijakan tersebut mencakup penebalan bantuan sosial (Bansos) untuk mitigasi dampak El Nino, percepatan penyaluran program Kredit Usaha Mikro (KUR) di tengah peningkatan suku bunga, serta kebijakan penguatan sektor perumahan. 

“Pemerintah akan terus memperkuat koordinasi dan menyiapkan langkah-langkah mitigasi untuk menjaga keberlanjutan tren positif pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Febrio.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi masyarakat sebagai kontributor utama tumbuh 5,1% pada kuartal ketiga 2023. Laju konsumsi rumah tangga yang tumbuh positif didukung oleh daya beli masyarakat yang terjaga dengan tingkat inflasi yang terkendali. 

“Peran APBN terus dioptimalkan untuk melindungi masyarakat melalui pemberian bantuan pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta penguatan distribusi pasokan pangan,” katanya.

Selain itu, koordinasi pusat dan daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus diperkuat untuk menjaga stabilitas harga. 

Konsumsi pemerintah pada kuartal ketiga tahun ini mengalami kontraksi 3,8% (yoy). Pergeseran pembayaran gaji ke-13 yang dilakukan pada kuartal kedua  merupakan salah satu faktor pemicu menurunnya konsumsi pemerintah. 

“Meskipun demikian, konsumsi pemerintah yang terealisasi hingga saat ini diharapkan memiliki efek berlapis yang lebih tinggi terhadap perekonomian bagi keberlangsungan transformasi ekonomi,” kata Febrio.

Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tercatat 5,8%. Ekspansi aktivitas konstruksi mendorong kinerja PMTB bangunan yang tumbuh mencapai 6,3%, sejalan dengan penjualan semen domestik yang tumbuh sebesar 8,4%.

Di periode yang sama, pertumbuhan belanja modal pemerintah yang mencapai 32,4% turut mendorong pertumbuhan barang modal bangunan. Sementara itu, kinerja pertumbuhan non-bangunan terjadi pada investasi kendaraan yang tumbuh 21,3%.

Reporter: Zahwa Madjid