Menteri Keuangan Sri Mulyani terus mewaspadai ketidakpastian ekonomi dan keuangan global. Sebab, kondisi eksternal tersebut akan mempengaruhi kinerja perekonomian dalam negara sampai akhir tahun.
Salah satunya tercermin dari kinerja Produk Domestik Bruto (PDB) yang cenderung melambat. Tercatat pertumbuhan PDB Indonesia tumbuh 4,94% pada kuartal III 2023, atau melambat dari pertumbuhan kuartal sebelumnya di level 5,17%.
"Kinerja ekonomi tersebut dipengaruhi oleh pelemahan permintaan global yang menurunkan kinerja ekspor nasional," terang Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Jumat (24/11).
Di sisi lain, kata Sri Mulyani, permintaan domestik masih cukup kuat yang ditunjukkan dengan pertumbuhan konsumsi masyarakat dan investasi yang masing-masing naik 5,06% yoy dan 5,77% yoy.
Tak hanya itu, ekonomi Indonesia juga secara kumulatif tumbuh 5,05% pada kuartal III 2023. Perkembangan leading indicators yakni PMI Manufaktur dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada periode yang sama juga tetap kuat.
Purchasing Managers’ Index Manufaktur tercatat 51,5 yang tetap berada di zona ekspansif. Sementara Indeks Keyakinan Konsumen tercatat 124,3 yang menunjukkan optimisme konsumen terhadap prospek ekonomi ke depan tetap terjaga.
Selain itu, indikator kesejahteraan masyarakat terus membaik seiring dengan peningkatan kinerja ekonomi. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2023 menurun menjadi 5,32% dibandingkan Agustus 2022 yang tercatat 5,86%.
Kemudian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di 2023 tumbuh konsisten dan semakin membaik. Pertumbuhan IPM tersebut ditunjukkan capaian 74,39, meningkat 0,62 poin dari 73,77 di 2022.
Menurut Sri Mulyani, peningkatan tersebut hasil dari komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia dan dipengaruhi perbaikan kinerja perekonomian Indonesia.
"Hal ini juga didukung oleh berbagai program pemerintah di bidang pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, penurunan stunting, dan pengentasan kemiskinan ekstrem," jelasnya.
Bahkan tekanan terhadap pasar keuangan nasional mereda di tengah ketidakpastian perkembangan pasar keuangan global. Pasar saham domestik misalnya, masih tetap kuat, IHSG tercatat pada level 6.958,01 pada 11 November 2023.
Pergerakan nilai tukar Rupiah juga masih terkendali. Dengan mengacu kurs tengah transaksi Bank Indonesia pada 16 November 2023, kurs Rupiah tercatat Rp 15.503 per dolar. Sehingga, sampai dengan 16 November 2023 nilai tukar Rupiah rata-rata tercatat Rp 15.219 per dolar, atau terdepresiasi 0,57% dibandingkan posisi nilai tukar Rupiah di awal tahun 2023.
Inflasi Oktober 2023 tumbuh 2,56% yoy, meningkat dari September 2023 yang tercatat 2,28% yoy. Perkembangan inflasi ini dipengaruhi oleh peningkatan inflasi volatile food sebagai dampak dari El Nino.
Kemudian cadangan devisa nasional terus berada pada posisi yang kuat dalam menopang daya tahan ekonomi nasional terhadap guncangan eksternal. Posisi cadangan devisa Indonesia per akhir Oktober 2023 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya US$ 133,1 miliar.
Bendara negara ini juga menyampaikan, bahwa kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sudah pulih dan terus membaik. Kondisi ini menandakan bahwa aktivitas pariwisata nasional tumbuh dan berdampak positif terhadap perkembangan sektor lainnya.
"Sektor tersebut antara lain makanan dan akomodasi, hotel, transportasi, serta perdagangan," ungkapnya.
Tercatat kunjungan wisman pada September 2023 mencapai 1,07 juta, naik 52,76% yoy. Kunjungan wisman tersebut didominasi oleh wisman yang berasal dari Malaysia (14,22%), Australia (13,09%), dan Singapura (10,72%).
Secara kumulatif, jumlah kunjungan wisman sampai dengan September 2023 tercatat 8,51 juta. Kondisi Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada September 2023 tercatat 53,02%, naik 3,0 poin (yoy).