Airlangga: Potensi Ekonomi Digital ASEAN US$ 2 T, 40% ada di Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan potensi ekonomi digital Asia Tenggara atau ASEAN mencapai US$ 2 triliun atau sekitar Rp 31 kuadriliun. Sebanyak 40% potensi tersebut berada di Indonesia atau sekitar US$ 800 miliar.
“Jadi ini peluang yang luar biasa. Daya saing digital kita yang saat sekarang di peringkat ke 51 perlu ditingkatkan ke peringkat 20 pada 2045,” ujarnya dalam acara peluncuran Buku Putih Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital Indonesia 2030, di Jakarta, Rabu (6/12).
Sebagai informasi, berdasarkan data IMD World Competitiveness Center, Indonesia saat ini berada pada peringkat ke-45 dari 64 negara. Angka tersebut naik dibandingkan tahun lalu yang berada di posisi 51.
Pengembangan ekonomi digital dapat menjadi katalisator utama dalam mendorong kemajuan perekonomian nasional. Hal ini telah ditunjukkan melalui kontribusinya yang mencapai 7,6% hingga 8,7% terhadap produk domestik bruto (PDB) 2022.
Karena itu, Airlangga menargetkan kontribusi perekonomian digital terhadap PDB mencapai 20% di 2045.
Untuk mencapai target itu, pemerintah meluncurkan Buku Putih Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital Indonesia 2030. Buku ini akan menjadi pedoman bagi kementerian atau lembaga serta pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan pengembangan ekonomi digital.
Pengembangannya hingga 2045 disiapkan melalui tiga fase. Pertama, fase persiapan yang dimulai dengan perbaikan pondasi digital dasar guna memastikan masyarakat siap bertransformasi. Kemudian, fase transformasi sebagai upaya percepatan guna menciptakan masyarakat dan bisnis yang cerdas. Terakhir, fase memimpin dengan mulai menetapkan standar dalam teknologi inovasi di masa mendatang.
Sebagai informasi, menurut laporan Google, Temasek dan Bain & Company yang bertajuk e-Conomy SEA 2022, nilai ekonomi digital Asia Tenggara diproyeksikan bisa mencapai US$ 330 miliar pada 2025. Jumlah ini setara Rp 5.049,66 triliun.
Nilai ekonomi digital tersebut mencerminkan proyeksi nilai penjualan kotor barang dan jasa selama periode tertentu alias gross merchandise value (GMV). Dalam laporan itu, ekonomi digital Asia Tenggara pada 2025 akan ditopang sektor e-commerce, dengan estimasi GMV US$211 miliar. Nilai ini mencapai 63,93% dari total nilai ekonomi digital ASEAN.
Kemudian sektor ekonomi digital lainnya, yaitu jasa pemesanan tiket perjalanan (travel online) diprediksi menyumbang nilai GMV US$44 miliar (13,33%), diikuti transportasi dan pesan-antar makanan online dengan GMV US$39 miliar (11,81%), dan media online US$36 miliar (10,9%).