Gelaran Pemilu 2024 akan menjadi peluang sekaligus tantangan bagi perekonomian Indonesia pada tahun depan. Sebab, para investor masih menunggu kepastian hasil Pilpres untuk kembali menanamkan modal di tanah air.
Hal tersebut diamini oleh Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro dalam Summary Mandiri Economic Outlook 2023 secara virtual, Selasa (19/12). Andry bahkan memperkirakan pesta demokrasi lima tahun ini akan berdampak pada penurunan investasi.
Adapun investasi yang turun adalah berasal dari asing atau foreign direct investment (FDI). Mengantisipasi hal itu, pemerintah diminta mengambil tindakan cepat dan terarah.
“Selama ini kalau lihat tahun politik investasi turun. Kalau lihat breakdown investasi yang turun adalah asing. Dan bagaimana upaya pemerintah untuk bisa jaga agar cycle ini tidak berulang,” ujar Andry.
Kendati demikian, dari sisi domestik, Andry menilai kinerja investasi RI akan tetap solid. Secara rata-rata, pertumbuhan investasi domestik menjelang tahun pemilu sebesar 28,6%.
“Tantangannya memang adalah bagaimana menjaga supaya FDI paling tidak kinerjanya tidak negatif pada pertumbuhannya,” ujar Andry.
Tingkatkan Konsumsi Masyarakat
Meski menantang, Pemilu 2024 diperkirakan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat. Andry pun berharap, Pemilu kali ini bisa mendorong ekonomi nasional di tengah tantangan ekonomi global.
"Election [Pemilu], kita berharap memunculkan optimisme yang berlanjut kepada perekonomian, bahwa ekonomi Indonesia akan resilience [solid]," ujar Andry.
Bank Mandiri memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh hingga 5,06% pada tahun 2024. Hal ini sejalan dengan perkiraan IMF bahwa ekonomi Indonesia pada tahun 2023 dan 2024 masih akan tumbuh pada kisaran 5%.
Selain itu, konsumsi dan aktivitas masyarakat domestik juga diperkirakan akan tetap solid, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 2024. Penyaluran kredit pada 2023 dan 2024 juga akan masih tumbuh sehat di level 9%.
Aliran Modal Asing Turun
Proyeksi Bank Mandiri sejalan dengan laporan Bank Indonesia (BI). Tercatat, arus keluarnya modal asing di pasar domestik selama kuartal II 2023 memicu penurunan posisi nilai Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN).
Bank sentral melaporkan, posisi investasi pada kuartal III 2023 mencatat kewajiban neto sebesar US$ 252,6 miliar, atau turun US$ 1,2 miliar dibandingkan triwulan II 2023 sebesar US$ 253,8 miliar.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, penurunan kewajiban neto seiring dengan penurunan posisi KFLN yang diiringi kenaikan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN).
Adapun posisi KFLN pada akhir kuartal III 2023 turun 0,1% dari US$ 717,6 miliar pada kuartal sebelumnya menjadi US$ 716,8. Penurunan didorong keluarnya modal asing seiring ketidakpastian pasar keuangan global.
"Penurunan terutama berasal dari turunnya posisi kewajiban investasi portofolio dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) dan surat utang swasta," ujar Erwin dalam siaran pers, Senin (18/12).
Sementara itu, kata Erwin, posisi kewajiban investasi langsung dan investasi lainnya masih menunjukkan peningkatan seiring dengan terjaganya optimisme terhadap prospek ekonomi domestik.
"Perkembangan posisi KFLN juga dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah," ujarnya.
Posisi AFLN Indonesia tercatat naik 0,1% secara kuartalan menjadi US$ 464,2 miliar. Kenaikan terutama disebabkan oleh naiknya posisi aset investasi langsung, investasi portofolio, dan investasi lainnya dalam bentuk surat utang dan pinjaman.
Sementara itu, posisi aset cadangan devisa menurun antara lain untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar eupiah sebagai antisipasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.
"Peningkatan posisi AFLN tertahan oleh faktor perubahan lainnya terkait penguatan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang negara penempatan aset," kata dia.