Bos BI Sebut Rupiah Lebih Perkasa dari Baht, Peso hingga Rupee

Youtube/Bank Indonesia
Gubernur BI Perry Warjiyo melaporkan capaian inflasi pada Juli 2023 sebesar 3,8% secara tahunan, jauh lebih rendah dibandingkan banyak negara saat Rapat Koordinasi Nasional Inflasi di Istana Negara, Kamis (31/8).
21/12/2023, 18.09 WIB

Bank Indonesia (BI) menilai penguatan rupiah terus berlanjut ditengah ketidakpastian global. Tercatat, nilai tukar rupiah pada 20 Desember 2023 menguat secara rata-rata sebesar 0,44% dibandingkan dengan perkembangan pada November 2023.

Dengan perkembangan tersebut, nilai tukar rupiah menguat 0,37% dibandingkan dengan level akhir Desember 2022. Level tersebut lebih baik dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya. Seperti peso Filipina lemah 0,05%, rupee India lemah 0,53%, dan baht Thailand 0,85%

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, berlanjutnya apresiasi nilai tukar rupiah didorong oleh masuknya aliran portofolio asing, menariknya imbal hasil aset keuangan domestik, serta tetap positifnya prospek ekonomi.

“Strategi operasi moneter pro-market melalui instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI dioptimalkan untuk meningkatkan manajemen likuiditas institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran masuk modal asing dari luar negeri,” ujar Perry di Jakarta, Kamis (21/12).

Tak hanya itu, BI juga akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.

BI Tahan Suku Bunga Acuan

Sebagai informasi, pergerakan rupiah pada hari ini, Kamis (21/12) ditutup melemah 0,09% ke level 15.525 per dolar Amerika Serikat setelah BI menahan suku bunga acuan di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20-21 Desember 2023.

Keputusan BI menahan suku bunga, menjadi rekor suku bunga tertinggi dalam empat tahun terakhir. Perry mengatakan, keputusan ini sebagai langkah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.

"Kemudian memastikan inflasi tetap terkendali di sasaran 3% plus minus 1% pada 2023 dan 2,5% plus minus 1% pada 2024," ujar Perry.

Kebijakan ini juga diperkuat dengan implementasi insentif likuiditas dan menurunkan rasio penyanggah likuiditas makroprudensial. Dengan begitu, kredit pembiayaan dapat tetap berlanjut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Terhitung mulai 21 Desember 2023, BI menggunakan nama BI Rate sebagai suku bunga kebijakan menggantikan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate untuk memperkuat komunikasi kebijakan moneter.

Penggantian nama ini tidak mengubah makna dan tujuan BI-Rate sebagai stance kebijakan moneter Bank Indonesia, serta kegiatan operasional tetap mengacu pada transaksi reverse repo Bank Indonesia dengan tenor tujuh hari.

Reporter: Zahwa Madjid