Likuiditas Perbankan Susut, Bos BI Sebut Banyak Masyarakat Beli SBN
Bank Indonesia (BI) mencatatkan likuiditas atau dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh melambat. DPK hanya tumbuh 3,04% yoy pada November 2023, sedangkan kredit tumbuh 9,74% yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yaitu 8,99% yoy.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengungkapkan, perlambatan DPK terjadi karena masyarakat lebih banyak mengalokasikan uangnya ke instrumen investasi. Salah satunya adalah surat berharga negara (SBN)
“Yang dulunya hanya di DPK, tabungan di perbankan. Sekarang bisa beli SBN, ritel maupun investasi-investasi yang lain,” ujar Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur, Kamis (22/12).
Walau tumbuh melambat, Perry menyebut likuiditas perbankan masih aman untuk penyaluran kredit perbankan. Apalagi, pertumbuhan kredit makin tinggi dengan membanjirnya permintaan kredit dari korporasi dan rumah tangga.
Sejalan dengan itu, Deputi Gubernur BI, Juda Agung menyebut, perlambatan DPK terjadi pada golongan nasabah korporasi. Hal ini dipicu oleh pendapatan usaha mereka yang turun akibat melemahnya harga komoditas sehingga korporasi.
"Tidak setinggi tahun lalu karena harga-harga komoditas sekarang agak turun, ekspor tidak setinggi tahun lalu," kata Juda.
Namun Juda menekankan, DPK yang melambat tidak akan memengaruhi penyaluran kredit. Karena, likuiditas perbankan masih memadai, tercermin dari rasio alat likuid terhadap DPK tetap terjaga tinggi, yaitu 26,04% di November 2023.
Sementara dari sisi kebijakan, perbankan masih mengoptimalkan likuiditas yang dimiliki. Di mana kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) yang diberikan BI telah mendukung penyaluran kredit perbankan.
“November kemarin realisasinya cukup menggembirakan, ada tambahan likuiditas sebesar Rp 193 triliun dibandingkan November sebelumnya sekitar Rp 136 triliun. Ini perkembangan yang cukup menggembirakan,” kata Juda.
Jokowi Sentil Bank Banyak Beli SBN
Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyentil perbankan karena lebih rajin membeli surat berharga negara (SBN) ketimbang menyalurkan kredit. Padahal, penyaluran kredit tersebut dapat meningkatkan perputaran uang di sektor riil.
“Saya ajak seluruh bank harus hati-hari prudent tapi tolong lebih didorong lagi kreditnya, terutama untuk UMKM,” kata Presiden Jokowi dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta, Rabu malam (29/11).
Jokowi pun menyampaikan kepada Perry Warjiyo, bahwa dirinya sering mendapatkan keluhan dari para pelaku usaha mengenai penyaluran kredit. Dirinya menyoroti peredaran uang di Indonesia juga makin kering.
“Saya bicara ke pak Gubernur BI saya mendengar dari banyak pelaku usaha. Kelihatannya kok peredaran uang semakin kering,” ujar Jokowi.
Hal ini tercermin dari dari data uang beredar dalam arti lus (M2) yang tumbuh melambat. BI mencatat uang beredar di Indonesia mencapai Rp 8.505,4 triliun, atau hanya tumbuh 3,4% yoy pada Oktober 2023.