Cak Imin Ingin Bangun 40 Kota Baru Selevel Jakarta, Apa Bagusnya DKI?

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Ilustrasi. Cawapres nomor urut 2 Muhaimin Iskandar ingin membangun 40 kota selevel Jakarta.
Penulis: Agustiyanti
23/12/2023, 10.14 WIB

Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin berencana membangun minimal 40 kota baru yang selevel dengan Jakarta sebagai langkah mendorong pemerataan. Ia berharap pembangunan kota-kota tersebut akan menyelesaikan masalah penumpukan penduduk. 

"Kami memiliki satu tekad, di dalam pemerintahan yang akan datang, minimal harus dibangun 40 kota baru yang selevel dengan Jakarta. Dengan kemampuan menampung jumlah penduduk," kata lelaki yang akrab disapa Cak Imin dalam Debat Cawapres, Jumat (22/12).

Rencana Cak Imin tersebut ditanggapi negatif oleh kedua calon wakil presiden atau cawapres saat debat. Menurut Gibran, pernyataan tersebut dinilai aneh. "Gus, ini aneh ya, ingin bangun 40 kota selevel Jakarta tapi nggak setuju sama IKN. Tapi monggo lah enggak apa-apa," ujarnya.

Mahfud juga menyangsikan rencana tersebut. Ia juga mempertanyakan apakah waktu lima tahun yang dimiliki pasangan tersebut jika terpilih cukup untuk merealisasikan target tersebut dan sumber pembiayaannya.

"IKN saja puluhan tahun baru dilaksanakan dan yang investasi pun baru janji," kata dia. 

Menanggapi Gibran dan Mahfud, Muhaimin mengatakan rencana membangun kota selevel dengan Jakarta adalah agar kota-kota di Indonesia memiliki standar seperti Jakarta. 

Muhaimin sebenarnya tak memberikan gambaran yang jelas terkait level Jakarta seperti apa yang ingin dituju. Jakarta adalah kota megapolitan yang merupakan ibu kota negara, serta pusat perdagangan, bisnis, dan keuangan.

Menurut Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kota-kota di Indonesia dikelompokkan dalam lima kategori. Megapolitan untuk kota dengan penduduk 10 juta jiwa atau lebih, kota metropolitan  dngan penduduk 1 juta – 10 juta jiwa, kota besar dengan penduduk 500.000 – 1 juta jiwa, kota sedang dengan pendidik 100.001 – 500.000 jiwa, dan kota kecil dengan penduduk antara 50.000 – 100.000 jiwa. Jakarta merupakan satu-satunya kota dengan penduduk melampaui 10 juta orang. 

Jakarta memiliki sejumlah kelebihan, tetapi juga segudang masalah. Berikut plus minus Jakarta:

  • Transportasi Jakarta

Jakarta memiliki transportasi yang lengkap. Kota yang masih menjadi ibu kota negara ini pernah dinobatkan sebagai kota dengan transportasi terbaik di dunia, mengalahkan kota-kota di Eropa seperti Frankfurt dan Moskow. Jakarta memenangkan Sustainable Transport Award (STA) 2021 atas program integrasi antarmoda transportasi publik yang terus dikembangkan. 

Jakarta memiliki sejumlah moda transportasi massal, mulai dari TransJakarta, angkutan umum perkotaan termasuk program Jaklingklo, KRL, MRT, hingga LRT. 

  • Tata Kota Jakarta

Meski dipuji dari sisi transportasi, Platform Arsitektur Rethinking The Future melaporkan 10 kota di dunia yang memiliki tata kota paling buruk.  Dari 10 daftar negara yang memiliki tata kota paling buruk, DKI Jakarta menempati posisi pertama. Jakarta disebut sebagai ibu kota yang sangat padat, diselimuti asap, dan tenggelam dalam air yang tercemar. Jakarta juga disebut sebagai tempat dengan desain terburuk di bumi.

  • Kesejahteraan Penduduk Jakarta

Jakarta adalah provinsi dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau APBD terbesar mencapai Rp 78 triliun pada tahun ini. Produk domestik regional bruto atau PDRB Jakarta dengan harga konstan mencapai Rp 1.953 triliun pada tahun lalu. 

Pendapatan rata-rata warga Jakarta menggunakan data PDRB per kapita juga yang paling tinggi di Indonesia mencapai Rp 298,4 juta per tahun atau Rp 24,86 juta per bulan. Di sisi lain, biaya hidup di DKI Jakarta juga tercatat paling tinggi. Berdasarkan survei BPS, rata-rata biaya hidup di Jakarta mencapai Rp 14,9 juta per bulan.

Di sisi lain, jumlah penduduk miskin Jakarta masih mencapai 477.830 orang pada Maret 2023. Angkanya mengalami penurunan 3,46% dibandingkan pada September 2022 yang tercatat 494.930 orang. Jakarta tak termasuk kota dengan jumal penduduk miskin terbanyak maupun terendah, tetapi tingkat ketimpangan di Jakarta adalah salah satu yang tertinggi. 

Angka ketimpangan di Jakarta yang digambarkan dengan rasio gini Provinsi tercatat sebesar 0,431 poin pada Maret 2023. Angka itu meningkat dari sebelumnya yang sebesar 0,412 poin pada September 2022. 

  • Punya Masalah Kemacetan dan Polusi Udara 

Jakarta menghadapi dua masalah laten, yakni kemacetan dan polusi udara. Sebuah riset yang dilakukan oleh Tomtom menyebut, Jakarta menepati peringkat kesembilan sebagai kota paling macet di Asia dan peringkat ke-29 di dunia. Presiden Joko Widodo sempat menyebut, kemacetan di Jakarta menyebabkan kerugian ekonomi mencapai Rp 100 triliun per tahun.

Jakarta juga memiliki masalah dengan polusi udara. Selama beberapa hari pada tahun ini, kualitas udara Jakarta menjadi yang terburuk di dunia. Pemerintah mengklaim salah satu penyebab parahnya kualitas udara di Jakarta adalah pergerakan angin dan El Nino. Namun demikian, pemerintah juga mengakui bahwa Jakarta memiliki sejumlah PLTU di sekitarnya yang menjadi sumber polusi. 

Adapun salah satu solusi yang ditawarkan pemerintahan Jokowi terkait kemacetan dan polusi adalah memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan.