Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah 0,16% ke level 15.516 pada perdagangan Senin (8/1). Pada pekan lalu, rupiah ditutup melemah 0,16% ke level 15.515 per dolar AS.
Sepanjang pekan lalu, rupiah cenderung melemah terhadap dolar AS setelah sentimen risk-off mendominasi pasar keuangan global. Sentimen risk-off adalah perilaku saat investor cenderung tidak ingin mengambil risiko. Rupiah terdepresiasi sebesar 0,76%
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka. Ibrahim Assuaibi, mengatakan melonjaknya rupiah disebabkan oleh para pelaku pasar yang mengurangi keyakinan bank sentral AS, The Fed, akan mulai memotong suku bunga pada awal 2024.
Para pedagang terlihat mengurangi ekspektasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya paling cepat pada Maret 2024, sementara cakupan penuh dari potensi pemotongan tersebut juga masih belum jelas.
“Alat CME Fedwatch melihat para pedagang menurunkan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga pada Maret 2024 menjadi 62% dari 72% yang terlihat pada minggu sebelumnya,” ujar Ibrahim.
Dari dalam negeri, Ibrahim menilai pemerintah optimis kinerja neraca perdagangan Indonesia masih akan mencatatkan surplus di 2024. Adapun hingga November 2023, neraca perdagangan RI tercatat surplus 43 berturut-turut dengan nilai US$ 33,63 miliar.
Seperti diketahui, pemerintah juga menetapkan target neraca perdagangan Indonesia pada 2023 surplus sebesar US$3 8,3 miliar hingga US$ 38,5 miliar.
“Artinya, capaian yang sebesar US$ 33,63 miliar masih beum mencapai target yang ditentukan. Angka tersebut menurun US$ 16,91 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 50,54 miliar,” ujarnya.
Rupiah diperkirakan akan bergerak rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang 15.510- 15.560.
Kepala ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menilai dolar AS cenderung menguat menjelang rilis data tenaga kerja AS pada Jumat (5/1). Setelah rilis tersebut, dolar AS semakin terapresiasi hingga mencapai level 103.
Non-Farm Payrolls (NFP) AS meningkat sebesar 216 ribu pada Desember 2023, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 175 ribu. Nilai tersebut juga lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 173 ribu.
“Tingkat Pengangguran AS tercatat sebesar 3,7% pada Desember 2023, lebih rendah dari perkiraan sebesar 3,8%. Oleh karena itu, data tenaga kerja menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih ketat pada akhir 2023,” ujar Joshua.
Adapun secara global, Josua menilai dolar AS menguat terhadap mata uang Asia karena ketidakpastian seputar pasar tenaga kerja AS.
Ia memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang 15.450-15.575 pada perdagangan hari ini, Senin (8/1).
Melansir Bloomberg, mayoritas mata uang Asia kini melemah terhadap dolar AS. Baht Thailand melemah 0,16%, ringgit Malaysia melemah 0,22%, peso Filipina melemah 0,21%, rupee India melemah 0,08%, dolar Hong Kong melemah 0,02%, dolar Singapura melemah 0,05%, dan yuan Jepang melemah 0,13%.