IMF Ramal Ekonomi RI Naik 5% di 2024 dan 2025

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
Pekerja membongkar tiang lampu di Monas, Jakarta, Senin (1/1/2024). Kementerian Tenaga Kerja mencatat perusahaan yang menerapkan sistem manajemen K3 mengalami penurunan 14 persen, di mana pada 2022 tercatat 2.004 perusahaan yang menerapkan, turun menjadi 1.749 perusahaan di tahun 2023.
31/1/2024, 20.17 WIB

Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di level 5,0% pada 2024 dan 2025 mendatang.

Proyeksi tersebut tidak berubah dari perkiraan sebelumnya pada Outlook Ekonomi Dunia (WEO) di Oktober 2023 lalu. Proyeksi pertumbuhan ekonomi ini berdasarkan asumsi kebijakan fiskal dan moneter Indonesia.

Sebelumnya, IMF telah meramalkan ekonomi RI akan mampu tumbuh seperti yang pemerintah harapkan. Sementara ekonomi Amerika Serikat (AS) akan melambat karena kebijakan moneter yang lebih ketat.

Selain AS, Cina juga akan mengalami perlambatan akibat tingkat konsumsi dan investasi yang lebih lemah sehingga membebani aktivitas ekonomi.

Eropa Akan Mulai Pulih

Berbeda dengan AS dan Cina, ekonomi di Eropa diperkirakan akan sedikit pulih setelah tahun 2023 sempat menghadapi sejumlah tantangan, seperti kenaikan harga komoditas energi yang lebih tinggi serta kebijakan moneter yang ketat sehingga membatasi permintaan.

“Banyak negara lain yang terus menunjukkan ketahanan yang besar, dengan percepatan pertumbuhan di Brazil, India, dan negara-negara besar di Asia Tenggara,” dalam publikasi IMF dikutip Rabu (31/1).

Secara global, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi naik 3,1% pada 2024 dan 3,2% pada 2025. Perkiraan itu naik 0,2% dibandingkan proyeksi yang dirilis pada Oktober lalu. Sebelumnya IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia berada di level 2,9%.

Hal ini disebabkan karena ketahanan yang lebih besar dari perkiraan di Amerika Serikat dan beberapa negara emerging market dan berkembang, serta fiskal dukungan di Cina.

Kendati demikian, perkiraan untuk tahun 2024 hingga 2025 masih di bawah rata-rata historis tahun 2000 hingga 2019 sebesar 3,8%.

“Dengan kenaikan suku bunga kebijakan bank sentral untuk melawan inflasi, penarikan dukungan fiskal di tengah tingginya utang yang membebani aktivitas ekonomi, dan rendahnya pertumbuhan produktivitas,” tulis IMF.

Sri Mulyani Waspadai Ekonomi Global

Sebelumnya, bank dunia atau World Bank dalam Global Economic Prospect Januari 2024 memperkirakan pertumbuhan ekonomi global melambat dari sebelumnya 3,0% pada 2022 menjadi 2,6% yoy pada 2023 dan kembali menurun menjadi 2,4% yoy pada 2024.

Berdasarkan data tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai ekonomi AS tumbuh cukup kuat di tahun 2023, namun terjadi peningkatan tekanan fiskal, khususnya beban pembayaran bunga utang serta rasio utang pemerintah menjadi risiko utama ke depan.

Selain itu, bendahara negara ini juga menyebut ekonomi Eropa masih lemah dan Cina cenderung melambat akibat berlanjutnya krisis sektor properti serta tekanan utang pada pemerintah provinsi.

Di sisi lain, tren penurunan inflasi global berlanjut, terutama di AS, sehingga menahan tekanan kenaikan suku bunga acuan The Fed serta yield US Treasury. Capital inflow ke emerging market kembali meningkat di akhir tahun 2023, termasuk ke Indonesia.

“Memasuki tahun 2024, berbagai risiko global perlu dicermati, seperti pelemahan ekonomi di sejumlah negara utama, meningkatnya tensi geopolitik dan fragmentasi global, serta meningkatnya tekanan fiskal di banyak negara,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta Selasa (30/1).

Reporter: Zahwa Madjid