Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$ 2,02 miliar pada Januari 2024 dari sejumlah negara mitra dagang. Namun bukan Cina yang menjadi penyumbang surplus terbesar Indonesia, tapi India, Amerika Serikat (AS) dan Filipina.
Indonesia mencatatkan surplus perdagangan barang terbesar dari India yang mencapai US$ 1,38 miliar. Namun, angka ini lebih rendah dari capaian bulan sebelumnya senilai US$ 1,43 miliar.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar menjelaskan, hasil surplus dengan India berasal dari kinerja ekspor Indonesia yang mencapai US$ 1,78 miliar, sementara impor senilai US$ 404 juta.
“Surplus terbesar yang dialami oleh India didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati, serta bijih logam, terak, dan abu,” jelasnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/2).
Selain India, penyumbang surplus terbesar lainnya adalah Amerika Serikat. Kinerja ekspor ke AS pada Januari 2024 mencapai US$ 1,99 juta dan impor US$ 777,1 juta. Adapun komoditas pendorongnya adalah mesin dan perlengkapan elektronik serta bagiannya, pakaian serta aksesorisnya bukan rajutan dan rajutan.
Filipina pun menjadi penyumbang surplus terbesar Indonesia. Tercatat kinerja ekspor sebesar US$ 720,2 juta dan impor sebesar US$ 90,9 juta. Komoditas pendorongnya adalah kendaraan dan bagiannya, bahan bakar mineral, serta lemak dan minyak hewani/nabati.
Cina Sumbang Defisit Terdalam
Pada Januari 2024, Cina justru menjadi penyumbang defisit terdalam terhadap perdagangan dengan Indonesia. Amalia mengatakan, defisit tersebut berasal dari komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya. "Kemudian mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, serta plastik dan barang dari plastik,” ujar Amalia.
Akibat defisit tersebut, Cina bersama dua negara lain menjadi penyumbang terbesar defisit Indonesia. Terdiri defisit perdagangan dari Cina US$ 1,38 miliar, defisit dari Australia sebesar US$ 432,4 juta dan Thailand sebesar US$ 416,8 juta.
Di sisi lain, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 turun US$ 1,27 miliar dibandingkan Desember 2023 sebesar US$ 3,31 miliar. Nilai itu lebih rendah US$ 1,87 miliar dibandingkan realisasi Januari 2023.
Walau turun, Indonesia tetap mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Amalia mengatakan, surplus neraca perdagangan tersebut ditopang oleh komoditas nonmigas sebesar US$ 3,32 miliar.
“Adapun komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja,” ujar Amalia.