Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki menilai Peraturan Deforestasi Uni Eropa atau EUDR belum memiliki pengaruh ke industri sawit nasional. Meski demikian, para pengusaha tetap mewaspadai dampak dari beleid tersebut.
Ketua Umum Gapki Eddy Martono mencatat, ekspor minyak sawit mentah atau CPO dan turunannya ke Eropa mencapai 3,7 juta ton pada 2023. Angka tersebut susut 9,75% dari capaian tahun sebelumnya sebanyak 4,1 juta ton.
Eddy menilai, pasar pengganti Eropa akan sulit dicari lantaran volumenya yang cukup besar. Walau demikian Eddy mengaku tetap mencari pasar nontradisional untuk menggantikan pasar Eropa.
"Negara-negara di Afrika masih bisa ditingkatkan penjualannya. Namun kami tidak bisa meremehkan EUDR karena aturan ini bisa mempengaruhi negara-neagra lain," kata Eddy kepada Katadata.co.id, Selasa (20/2).
Eddy berpendapat EUDR telah membuat Amerika Serikat mulai mempermasalahkan CPO lokal. Namun, volume impor CPO Amerika Serikat dari Indonesia belum sebanyak Eropa.
Ia pun mewaspadai langkah Amerika Serikat agar tidak merembet ke negara-negara lain. Berdasarkan data Gapki, volume ekspor CPO ke Amerika Serikat pada Januari-Oktober 2023 mencapai 1,9 juta ton atau naik 102%.
Gapki mendata, Amerika Serikat adalah pasar ketujuh CPO nasional setelah Cina, India, Uni Eropa, Afrika, Pakistan, dan Timur Tengah. Pertumbuhan ekspor terbesar adalah pengiriman ke Cina yang naik 130% secara tahunan pada Januari-Oktober 2023 menjad sekitar 6,5 juta ton.
EUDR dinilai akan membatasi komoditas untuk masuk ke Benua Biru, seperti minyak sawit dan produk turunannya, arang, kopi, kedelai, kakao, daging sapi, dan kayu. Selain itu, karet, kertas, kulit, dan produk turunannya juga masuk dalam kategori komoditas yang mungkin dibatasi karena aturan tersebut.
Aturan ini bertujuan memastikan konsumsi dan perdagangan produk-produk tersebut tidak turut mendorong penebangan hutan dan perusakan ekosistem. Jika ditemukan adanya pelanggaran, eksportir akan dikenai denda maksimum 4% dari pendapatan yang diperoleh Uni Eropa.
Harga Saham Emiten Sawit Jeblok
Kinerja saham smiten industri sawit, seperti PT Triputra Agro Persada Tbk dan PT Astra Agro Lestari Tbk kompak jeblok sepanjang 2023 seiring permintaan CPO yang melemah. Berdasarkan data Bloomberg, harga saham Triputra Agro susut 16,15% sepanjang 2023 dari Rp 650 per lembar pada akhir 2022 menjadi Rp 545 per lembar. Sementara itu, saham Astra Agro susut Rp 1.000 per lembar menjadi Rp 7.025 per lembar.
Corporate Secretary Triputra Agro Joni Tjeng mengatakan, EUDR tidak berdampak pada perusahaan lantaran strategi penjualan perseroan berfokus ke pasar lokal. Namun, emiten sawit berkode TPAG ini mengatakan perseroan tetap mengembangkan teknologi ketelusuran.
Seperti diketahui, salah satu poin yang ditekankan dalam EUDR untuk mengurangi deforestasi adalah ketelusuran. Beleid tersebut mengaitkan produksi keberlanjutan dengan transparansi dan ketelusuran sebuah produk, dalam hal ini CPO.
"Perseroan tetap mengembangkan teknologi ketelusuran, khususnya bagi tandan buah segar yang berasal dari pihak ketiga sebagai komitmen produksi berkelanjutan," kata Joni kepada Katadata.co.id.
Joni menilai melemahnya saham emiten industri CPO sepanjang 2023 bukan disebabkan EUDR. Menurutnya, pelemahan harga saham emiten sawit disebabkan oleh koreksi harga CPO di pasar global.
Di samping itu, Joni mencatat penyusutan harga saham emiten sawit disebabkan oleh peningkatan biaya penumpukan, khususnya pada paruh pertama 2023. "Kedua hal tersebut diperkirakan jadi hal utama yang mempengaruhi emiten sawit.
Di sisi lain, Presiden Direktur Astra Agro Santosa berpendapat, penyusutan harga saham perusahaan disebabkan EUDR. Mayoritas pemegang saham ritel emiten sawit berkode AALI ini adalah investor asing.
Santosa mengatakan, mayoritas investor global adalah pengelola dana pensiun sebuah negara. Adapun, salah satu dana pensiun besar yang menjadi salah satu investor di industri CPO nasional adalah dana pensiun salah satu negara di Eropa.
"Investor global itu kebanyakan dana pensiun asing, kalau investor domestik tidak besar nilainya. Kalau banyak net-sell asing, itu dana pensiun besar dari Eropa," kata Santosa.
Santosa menduga penyusutan saham AALI disebabkan oleh investor asing yang terserang secara psikologis akibat EUDR. Di samping itu, Santosa menilai performa fundamental AALI sepanjang 2023 masih cukup baik.
Ia pun menyebutkan, volume produksi tandan buah segar atau TBS sawit tumbuh 4,8% secara tahunan alias year on year (yoy) menjadi 3,31 juta ton tahun lalu. Santosa memproyeksikan produksi TBS 2024 tidak akan jauh berbeda dengan 2023.
Santosa menjelaskan pertumbuhan produksi TBS tahun lalu disebabkan oleh normalisasi penutupan keran ekspor pada 2022. Pemerintah melarang ekspor CPO pada paruh pertama 2022 sekitar 30 hari.