Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti potensi lonjakan inflasi menjelang ramadan dan hari raya idulfitri. Sehingga pemerintah harus tetap waspada walau tingkat inflasi nasional masih terkendali.
“Namun kita tak boleh terlena karena faktor inflasi dari pangan menunjukan kenaikan dan tekanan, ini yang harus terus [kita waspadai] terutama menjelang ramadan dan hari raya perlu untuk terus diantisipasi dan diatasi,” ujar Sri Mulyani dalam BRI Microfinance Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (7/3).
Meski demikian, Sri Mulyani menilai Indonesia masih mampu menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan inflasi yang tinggi. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05% pada 2023.
“Pertumbuhan ekonomi yang stabil di level 5% telah mampu menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Hal ini juga menunjukkan inklusivitas," kata Sri Mulyani.
Oleh karena itu, Sri Mulyani meminta banyak pihak jangan hanya melihat ekonomi dari angka pertumbuhan, tetapi juga kualitas dan kontribusinya dalam menekan angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.
Deretan Komoditas yang Akan Naik Saat Ramadan
Tak hanya Sri Mulyani, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengingatkan potensi lonjakan harga pangan saat ramadan pada bulan Maret dan April 2024. Sehingga, kenaikkan harga tersebut akan mendorong laju inflasi nasional.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebut, puncak inflasi biasa terjadi di awal bulan ramadan. Kemudian inflasi mulai mereda menjelang hari raya idulfitri.
“Kalau kita lihat puncak-puncak yang terjadi secara historis, memang puncak inflasi itu ada di bulan ramadan atau hari raya dan akhir tahun,” ujar Amalia dalam acara Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan di Jakarta, Senin (4/2).
Maka dari itu, BPS mengimbau pemerintah untuk melakukan antisipasi awal agar tekanan inflasi tidak setinggi pada tahun-tahun sebelumnya. Sebab, hal ini akan memengaruhi daya beli masyarakat.
Amalia mewaspadai kenaikan harga beberapa komoditas yang akan terdampak akibat tingginya permintaan menjelang ramadan dan idulfitri. Seperti tarif angkutan udara, daging sapi, daging ayam ras, dan telur ayam ras.
“Ini tentunya kita mulai antisipasi dari awal, sehingga kalau kita bisa lebih mengantisipasi lebih awal tekanan inflasi di bulan ramadan dan hari Raya. Tahun ini mudah-mudahan tekanannya tidak terlalu besar seperti tahun lalu,” ujar Amalia.
Antisipasi Lonjakan Inflasi RI
Untuk mengendalikan harga pangan, pemerintah perlu memastikan ketersediaan stok khususnya untuk komoditas pangan. Kemudian memastikan kelancaran distribusi pasokan yang merata di seluruh wilayah.
Selain itu, kata Amalia, pemerintah juga perlu melakukan operasi pasar untuk memastikan keterjangkauan harga, dan melakukan sosialisasi kepada masyarakar untuk tidak panic buying.
“Sementara dalam pengendalian inflasi transportasi hari raya juga perlu dilakukan penetapan kebijakan tarif batas atas dan memastikan ketersediaan moda angkutan udara melalui penambahan frekuensi penerbangan selama momen ramadan dan idulfitri,” ujarnya.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memproyeksikan, kenaikan tingkat inflasi masih akan berlanjut menjelang bulan ramadan dan idulfitri.
Dia memprediksi tingkat inflasi bulan Maret dapat mencapai 0,6%, terutama dipengaruhi oleh tingginya permintaan disusul dengan naiknya harga kebutuhan pokok.
“Saya rasa akan naik lebih tinggi tingkat inflasinya, karena kenaikan tidak hanya terjadi pada beras. Menyusul transportasi, harga BBM nonsubsidi, harga (jalan) tol dan kebutuhan pokok lainnya. Telur, daging dan gula akan naik karena permintaan tinggi," kata Eko dikutip dari Antara, Senin (4/3).
BPS mencatat tingkat inflasi bulanan sebesar 0,37% pada Februari 2024 Sedangkan, secara tahunan Indonesia mengalami kenaikan inflasi 2,75%, naik dibandingkan bulan sebelumnya 2,57%.
Eko menilai tingkat inflasi pada Februari masih terbilang aman lantaran berada di rentang target inflasi 2024. Namun peningkatan tersebut menjadi sinyal khusus bagi pemerintah untuk segera menstabilkan harga kebutuhan pokok, khususnya beras yang memiliki andil pada inflasi bulanan sebesar 0,21%.
Tren inflasi komoditas beras pada Februari 2024 tercatat 5,32%. Peningkatan itu menjadikan beras sebagai penyumbang inflasi bulanan terbesar pada Februari 2024.