Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengatakan, pihaknya telah mengirim tim khusus untuk belajar skema program makan siang gratis di India. "Iya untuk belajar [program makan siang gratis] dan lain-lain," kata Gibran dikutip dari Antara, Selasa (2/4).
Dengan belajar dari India, pihaknya berkomitmen untuk menyiapkan skema makan siang gratis terbaik. Salah satunya dengan belajar dari negara-negara lain yang sudah menjalankan program tersebut.
"Termasuk efeknya seperti apa ke anak-anak dan murid-murid. Lalu kita belajar pendistribusiannya, logistiknya seperti apa. Sentra kitchen nya seperti apa dan keterlibatan ahli gizinya seperti apa," katanya.
Melalui strategi tersebut, Gibran berharap dapat menerapkan skema makan siang gratis terbaik dan diharapkan dapat mengurangi beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
India Memiliki Karakteristik yang Sama dengan India
Gibran mengaku telah mempelajari skema program makan siang gratis dari India yang sudah cukup lama menerapkan program tersebut. Apalagi, program makan siang gratis sudah lama berjalan di India dan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Indonesia, yakni memiliki jumlah penduduk yang banyak.
Saat ditemui di Solo, Jawa Tengah, Selasa (2/4), ia mengaku sempat membahas hal tersebut dengan Duta Besar India untuk Indonesia Sandeep Chakravorty saat menyambangi Balai Kota Surakarta, Senin (1/4).
Pada kesempatan tersebut, Sandeep menyampaikan kepada Gibran bahwa program makan siang gratis di India menghabiskan anggaran US$ 11 sen per anak. Nilai itu setara Rp 1.749 (kurs: Rp 15.903 per dolar AS).
"Itu Pak Dubes India bilang satu kepala, satu anak itu US$ 11 sen per anak karena sangat efisien, distribusi logistiknya efisien," katanya.
Seperti diketahui, program makan siang dan susu gratis merupakan usulan dari pasangan calon Prabowo - Gibran. Dalam dokumen visi-misinya, pasangan calon presiden dan wakil presiden ini menjelaskan tujuan program ini untuk mengatasi masalah stunting di Indonesia.
Rencananya, program makan siang gratis ini bakal menyasar siswa pra-sekolah, sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) hingga pesantren.
Bantuan gizi juga akan diberikan kepada ibu hamil dan balita di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kesehatan dan membantu ekonomi keluarga. Program ini menargetkan lebih dari 80 juta penerima manfaat dengan cakupan 100% pada tahun 2029.