Cadangan Devisa Terus Turun 3 Bulan Terakhir, Bayar Utang Jatuh Tempo

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.
Petugas mengecek uang tunai sebelum didistribusikan melalui kantor cabang dan mesin ATM di Pooling Cash Plaza Mandiri, Jakarta.
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Yuliawati
8/4/2024, 09.32 WIB

Bank Indonesia mencatatkan posisi cadangan devisa RI menurun pada Maret 2024, sebesar US$ 140,4 miliar lebih rendah dibandingkan pada akhir Februari 2024 sebesar US$144,0 miliar. Tren penurunan cadangan devisa ini terjadi selama tiga bulan terakhir sejak awal tahun. 

Asisten Gubernur Bank Indonesia, Erwin Haryono, menjelaskan penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Antisipasi kebutuhan likuiditas valuta asing korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

“Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” ujar Erwin dalam keterangan resminya dikutip Senin (8/4).

Adapun Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

“Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga, seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh bersama pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ujarnya.

Cadangan devisa ini terus turun sejak tiga bulan terakhir. Pada Januari 2024, BI mencatat posisi cadangan devisa Indonesia US$ 145,1 miliar. Nilai ini turun dibandingkan dengan posisi pada akhir Desember 2023 yang sebesar US$ 146,4 miliar.

Kemudian, per awal Februari 2024, cadangan devisa tercatat US$ 144,04 miliar atau turun US$ 1,011 miliar dibandingkan posisi Januari 2024.

Tren Impor Meningkat

Impor Indonesia pada Februari 2024 mencapai US$ 18,44 miliar atau tumbuh 5,84% yoy. Peningkatan impor didorong oleh sektor nonmigas yang tumbuh 14,42% yoy dan sektor migas naik sebesar 23,82% yoy.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menjelaskan peningkatan impor dipengaruhi oleh kenaikan impor komoditas utama seperti bahan baku plastik, mesin/peralatan mekanik, dan mesin/perlengkapan elektrik.

Dari sisi penggunaan, peningkatan impor terutama berasal dari impor barang konsumsi sebesar 36,49% yoy, barang modal sebesar 18,52% yoy, dan impor bahan baku atau penolong sebesar 12,82% yoy.

"Tren peningkatan impor Indonesia pada awal tahun 2024 menjadi sinyal membaiknya aktivitas ekonomi domestik," ujarnya.

Secara kumulatif, total impor Indonesia pada periode Januari – Februari 2024 mencapai US$ 39,93 miliar. "Impor nonmigas masih didominasi oleh Cina, Jepang, dan Thailand dengan share masing-masing sebesar 38,29%, 7,54% dan 6,44%," kata Febrio.

Reporter: Zahwa Madjid