Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi kawasan Asia tahun ini akan sedikit lebih kuat dari prediksi sebelumnya. Penguatan ini ditopang permintaan domestik yang mengimbangi perlambatan ekonomi Cina.
Lembaga pemberi pinjaman yang berbasis di Manila tersebut mematok angka pertumbuhan ekonomi sebesar 4,9% untuk Asia, dari 4,8% dari proyeksi Desember 2023. Angka ini akan berlanjut pada tingkat yang sama pada tahun berikutnya.
Selain permintaan domestik, perekonomian kawasan Asia juga akan didukung membaiknya ekspor semikonduktor dan pulihnya pariwisata. Laju inflasi diperkirakan akan melandai, setelah dalam dua tahun terakhir terdongkrak akibat tingginya harga pangan.
"Kami berpandangan, pertumbuhan pada mayoritas perekonomian di kawasan Asia yang sedang berkembang akan stabil pada tahun ini dan 2025," kata Kepala Ekonom ADB Albert Park di Jakarta, Kamis (11/4).
Ia mengatakan pertumbuhan yang lebih kuat terjadi di kawasan Asia Selatan dan Tenggara. Pendorong utamanya adalah permintaan domestik dan ekspor, mengimbangi perlambatan di Tiongkok akibat kemerosotan pasar properti dan lemahnya konsumsi.
India akan tetap menjadi mesin pertumbuhan penting di Asia dan Pasifik, dengan pertumbuhan 7% pada 2024 dan 7,2% pada 2025. Sedangkan Tiongkok diperkirakan melambat menjadi 4,8% tahun ini dan 4,5% tahun depan, dari sebelumnya 5,2% tahun lalu.
"Keyakinan konsumen masih membaik dan investasi secara keseluruhan masih kuat. Permintaan eksternal pun tampaknya sudah berbalik positif, terutama dalam hal semikonduktor," ujarnya.
Namun, para pembuat kebijakan harus tetap waspada karena masih ada sejumlah risiko. Berbagai risiko itu termasuk gangguan rantai pasokan, ketidakpastian mengenai kebijakan moneter Amerika Serikat, efek cuaca ekstrem, dan berlanjutnya pelemahan pasar properti di Tiongkok.