Hubungan Iran dan Israel semakin memanas sejak awal April 2024 lalu. Bahkan Iran telah melancarkan serangan balasan setelah Israel lebih dahulu menyerang konsultan Iran di Damaskus, Suriah, yang menyebabkan 16 orang tewas.
Konflik kedua negara ini pun telah membuat dunia waswas. Jika kedua negara terlibat perang terbuka, buka hanya berdampak buruk bagi Israel dan Iran namun juga ekonomi global, karena Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia.
Belum lagi, konflik Iran-Israel akan menyeret negara besar dan berpengaruh seperti Amerika Serikat (AS), Rusia, India dan Cina. Sehingga, konflik kedua negara ini akan berdampak besar pada kondisi ekonomi dan politik secara global.
Saat ini, Israel dan Iran juga masih berkutat dengan sederet persoalan ekonomi dalam dua tahun terakhir. Jika perang benar-benar terjadi, maka kedua negara akan hadapi kerugian ekonomi yang amat besar mulai dari lonjakan utang, defisit anggaran hingga inflasi.
Ekonomi Israel bahkan menyusut lebih besar dari perkiraan pada kuartal keempat 2023, karena belanja konsumen, ekspor dan investasi sangat terpukul akibat perang dengan kelompok pejuang Palestina, Hamas.
BBC melaporkan, PDB Israel anjlok 19,4% pada kuartal IV 2023, untuk pertama kalinya hampir dua tahun akibat perang dengan Hamas yang berdampak besar terhadap ekonomi Israel. Biro Pusat Statistik (BPS) Israel mengatakan, perang telah membatasi tingkat konsumsi, perjalanan dan investasi secara tajam pada 2023.
Tercatat pengeluaran swasta turun 26,3%, ekspor turun 18,3%, impor turun 42,4% dan investasi pada aset tetap turun 18,3%, terutama pada sektor properti. Sektor konstruksi juga kekurangan tenaga kerja karena panggilan wajib militer dan pengurangan pekerja dari Palestina.
"Belanja pemerintah, terutama untuk biaya perang, kompensasi bisnis dan rumah tangga melonjak sebesar 88,1% pada 2023," tulis laporan BBC dikutip Selasa (16/4).
Meski PDB turun tajam antara bulan Oktober dan Desember 2023, namun ekonomi Israel tumbuh 2% pada 2023. Padahal, sebelum serangan pada 7 Oktober 2023 lalu, ekonomi Israel diprediksi masih bisa tumbuh lebih tinggi yakni 3,5%.
Utang Israel Bisa Melonjak Akibat Perang
Ekonom Capital Economics, Liam Peach mengatakan, kontraksi ekonomi Israel jauh lebih buruk dari perkiraaan karena menyoroti dampak serangan Hamas dan perang di Gaza. "Prospek pertumbuhan ekonomi Israel pada tahun 2024, tampaknya akan mencatatkan pertumbuhan terlemah," kata Peach.
Menurut Bank of Israel, konflik dengan Hamas diperkirakan akan merugikan Israel sekitar US$ 70,3 miliar pada akhir tahun 2025, setara dengan 13% PDB. Pada November 2023, bank sentral memangkas perkiraan pertumbuhan PDB menjadi 2% dari perkiraan sebesar 3% pada malam menjelang perang di Gaza.
Sebelum perang pecah di Gaza, perekonomian Israel berada pada kondisi yang relatif kokoh, mencatat pertumbuhan 6,5% pada tahun 2022. Rasio utang pemerintah terhadap PDB juga turun menjadi 61% dari 71% selama pandemi, atau jauh di bawah rasio negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Inggris.
Namun konflik tersebut menguji kekuatan perekonomian dan membebani keuangan pemerintah. Inflasi secara tahunan melambat menjadi 2,6% pada Januari, dari 3% pada Desember, yang merupakan kemungkinan tanda melemahnya aktivitas ekonomi.
Lembaga pemeringkat Moody's melihat beban utang publik Israel “jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelum konflik,” dengan belanja pertahanan diperkirakan akan meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan pada tahun 2022 pada akhir tahun ini.
Iran Masih Dibayangi Inflasi Tinggi
Sementera itu, pertumbuhan ekonomi Iran jauh lebih tinggi dari Israel yakni mencapai 5,1% pada kuartal IV 2023. Namun menurut BPS Iran, pertumbuhan tersebut cenderung melambat dalam dua kuartal terakhir, bahkan kontribusi sektor pertanian dan energi (listrik, gas dan air) juga ikut menyusut.
Namun sektor minyak mengalami pertumbuhan sebesar 21,8% berkat peningkatan pengiriman ke Cina pada 2023. OPEC mencatat, produksi minyak Iran meningkat dari di bawah 2,7 juta barel per hari (mb/d) pada musim gugur 2022 menjadi 3,16 mb/d pada periode yang sama tahun 2023.
"Namun pertumbuhan tersebut telah terhenti sejak November. Oleh karena itu, bisnis minyak diperkirakan tidak akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Iran pada tahun 2024," tulis laporan Iran International dikutip Selasa (16/4).
Pertumbuhan ekonomi Iran sebesar 5,1% pada 2023, sebagian besar didorong oleh kenaikan pengeluaran konsumsi pemerintah dibandingkan dengan perbaikan sektor swasta (GFCF). Alasan utama belanja pemerintah naik lebih tinggi karena devaluasi mata uang Iran, rial, dan inflasi yang lebih tinggi.
Walau begitu, belanja yang lebih tinggi bukan merupakan tanda pemerintah melakukan banyak investasi atau alokasi dana kesejahteraan bagi rakyatnya, namun tanda bahwa pemerintah mencetak lebih banyak uang dan menggelembungkan alokasi belanja mereka.
"Ketergantungan pertumbuhan PDB pada sektor minyak dan tingginya belanja pemerintah yang terkait dengan inflasi terlihat jelas dalam memburuknya kondisi kehidupan masyarakat," tulis laporan tersebut.
Pihak berwenang Iran mengklaim sanksi AS dan sanksi lainnya hanya berdampak kecil terhadap perekonomian negara. Namun, karena inflasi tahunan berkisaran 50% selama lima tahun berturut-turut, membuat puluhan juta orang kehilangan status kelas menengah mereka dan harus hidup dengan uang US$ 200 per bulan.
Perbandingan Ekonomi Israel vs Iran pada 2023
Pertumbuhan ekonomi 2% 5,1%
Inflasi 2,6% 47,01%
PDB (US$ Miliar)* 539,84 386,22
Utang (US$ Miliar) 43 50
Populasi (Juta) 9,84 89,17
*World economic outlook (Oktober 2023)