Lembaga pemeringkat Moody’s kembali mempertahankan sovereign credit rating atau peringkat utang jangka panjang Indonesia di level Baa2 dengan outlook stabil. Peringkat ini berada satu tingkat di atas investment grade.
Moody's menilai, pemberian peringkat itu sejalan dengan hasil asesmen atas ketahanan ekonomi yang berkelanjutan, didukung oleh sumber daya alam (SDA) yang berlimpah dan demografi yang kuat.
"Selain itu, didukung juga oleh kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati yang berfokus pada disiplin serta memastikan stabilitas makroekonomi," tulis laporan Moody's dikutip Rabu (17/4).
Meskipun pendekatan ini memungkinkan beban utang tetap stabil dan berada pada tingkat rendah jika dibandingkan dengan ukuran ekonomi. Peringkat Baa2 juga mempertimbangkan kekuatan fiskal yang relatif lemah.
Secara khusus, keterjangkauan utang sangat lemah karena basis pendapatan yang rendah, meski pemerintah telah mempertahankan rasio utang terhadap PDB pada tingkat yang jauh di bawah rasio utang dari negara-negara serupa.
Namun yang jadi pertimbangan dasar Moody's Ratings bahwa disiplin fiskal akan terus berlanjut untuk mendukung stabilitas beban utang Indonesia pada level saat ini.
Selain itu, yang menjadi pertimbangan lain karena posisi Indonesia sebagai eksportir minyak sawit dan batu bara, serta memiliki tingkat paparan karbon yang moderat atas risiko transisi, yang berdampak pada strategi pembangunan ekonomi.
Dengan begitu, Indonesia memiliki prospek stabil yang mencerminkan risiko yang seimbang. Risiko ini berkaitan dengan upaya berkelanjutan pemerintah untuk memperluas ukuran dan daya saing di sektor manufaktur yang mengarah pada peningkatan pertumbuhan PDB.
"Peningkatan pertumbuhan PDB yang tahan lama akan mendorong pergerakan yang lebih cepat, ke tingkan pendapatan yang lebih tingggi," tulis laporan tersebut.
Moody's memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap pada rata-rata sebelum pandemi, yaitu sekitar 5,0% pada tahun 2024-2025 karena permintaan domestik yang masih kuat.
Pertumbuhan itu akan didorong oleh kebijakan hilirisasi, terutama pada industri nikel. Kemudian memperluas kebijakan ini pada komoditas tembaga, bauksit, timah dan pertanian.
"Sehingga kebijakan ini dapat mendorong pembangunan regional, investasi asing secara langsung, membuka lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekspor," tulis laporan Moody's.
BI Cermati Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik
Menanggapi hasil tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mengatakan, afirmasi rating Indonesia merupakan bentuk kepercayaan dunia internasional atas stabilitas makroekonomi yang terjaga dan prospek ekonomi jangka menengah yang juga tumbuh positif.
Menurut Perry, kepercayaan dunia internasional ini didukung oleh kredibilitas kebijakan dan sinergi bauran kebijakan yang kuat antara pemerintah dan Bank Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global yang meningkat.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi, keuangan global dan domestik, serta mengambil langkah-langkah kebijakan yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Kami juga akan terus meningkatkan sinergi kebijakan dengan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Perry.