Nilai tukar rupiah berpeluang menguat ke level psikologis sebesar Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun ini. Sementara hingga Senin siang (29/4), nilai tukar rupiah masih di level Rp 16.251 per dolar AS.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual menilai, kemungkinan rupiah kembali ke level Rp 16.000 per dolar AS masih bisa terjadi karena perkembangan ekonomi dan geopolitik global sangat dinamis.
"Kalau saya perhatikan, ketegangannya [di Timur Tengah] mereda, indeks dolar menurun, harga minyak juga menurun. Bukan tidak mungkin kembali [menguat nilai tukar rupiah]," ujar David dikutip dari Antara, Senin (29/4).
Meskipun demikian, menurut David, perkembangan nilai tukar rupiah juga perlu juga memperhitungkan aspek ekonomi lain seperti ekspor dan inflasi.
"Kita tahu, inflasi pangan kita naik cukup tinggi dalam beberapa bulan terakhir. Ini memengaruhi inflasi, ekspor-impor kita dan juga mempengaruhi fundamental rupiah," kata David.
David menyampaikan, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini relatif masih kompetitif dibandingkan posisi nilai tukar negara-negara lain.
"Kita juga tidak menginginkan produk-produk manufaktur kita tidak bersaing. Walaupun memang kita tahu ekspor utamanya adalah komoditas. Tapi kita ingin juga produk-produk kita bersaing," ujar David.
Ia mencontohkan ketika nilai tukar yen Jepang dan yuan Cina melemah, won Korea juga dibiarkan melemah agar produk-produk ekspornya tetap dapat bersaing dengan kompetitor.
"Kalau banyak penguatan terjadi dengan satu mata uang, itu bisa mengganggu ekspor dalam jangka panjang. Jadi perlu diperhatikan juga supaya di luar komoditas kita tetap dapat bersaing," kata David.
BI Prediksi Rupiah Bisa Menguat Rp 15.800 per Dolar AS
Bank Indonesia justru memproyeksikan nilai tukar rupiah bisa menguat ke level 15.800 per dolar AS hingga akhir 2024. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah akan bergerak stabil sepanjang tahun ini.
Ia mengatakan rupiah akan tetap stabil pada level 16.200 pada triwulan kedua tahun 2024. “Kemudian akan bergerak menuju rerata Rp 16.000 per dolar AS dan menguat Rp 15.800 per dolar AS pada triwulan keempat 2024,” ujar Perry dalam konferensi pers pada Rabu (24/4).
Dengan prediksi tersebut, Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas rupiah dari dampak penguatan dolar AS secara luas. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25% pada Rabu (24/4).
Selain itu, bank sentral juga menaikkan suku bunga deposito facility sebesar 25 bps menjadi 5,50% dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 7,00%.
Perry menjelaskan, peningkatan suku bunga ini dilakukan agar aliran modal asing tetap masuk dan imbal hasil aset keuangan domestik tetap menarik. “Dan semuanya itu untuk mendukung upaya stabilisasi nilai tukar rupiah,” ujarnya.