Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat 0,29% ke level 16.212 pada perdagangan Kamis (2/5). Para pengamat menilai rupiah berpotensi bergerak menguat terhadap dolar AS.
Analis pasar uang, Lukman Leong berpendapat koreksi terjadi usai rapat dewan gubernur bank sentral AS, The Federal Reserve, semalam. “ The Fed mempertahankan kebijakan suku bunga sesuai dengan perkiraan, namun juga akan memulai melonggarkan quantitative tightening,” ujarnya kepada Katadata.co.id, Kamis (2/5)
Para investor juga menantikan data inflasi Indonesia siang ini. Rupiah diperkirakan akan bergerak dalam rentang Rp 16.150 hingga Rp 16.250 per dolar AS.
Pengamat rupiah, Ariston Tjendra, mengakatakan pelaku pasar masih mencerna pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell. “Ada dua poin yang bisa kita ambil dari pernyataan Powell, yaitu the Fed tidak mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan tahun ini dan menunda pemangkasan karena belum yakin inflasi AS akan turun ke 2%,” ujarnya.
Pernyataan soal tidak ada kenaikan memberikan kelegaan ke pasar dan bisa memberikan sentimen positif ke aset berisiko. Di sisi lain, indikasi penundaan pemangkasan suku bunga memberikan kekhawatiran the Fed bisa tidak melakukannya tahun ini.
“Hasil the Fed ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS tapi penguatan mungkin tidak banyak,” ujar Ariston.
Data-data ekonomi AS yang dirilis semalam juga memberikan hasil yang beragam. Ada yang lebih bagus dari proyeksi, seperti data non-farm payrolls. Ada juga data yang di bawah prediksi, seperti data indeks manajer pembelian atau manufaktur.
Non-farm payroll merupakan salah satu indikator penting ekonomi AS. Semakin tinggi data ketenagakerjaan, semakin naik pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Kondisi ini dapat menjadi sinyal penguatan nilai dolar AS. Hadir setiap Jumat awal bulan, rilis data NFP selalu dinanti para pedagang pasar uang untuk mencari cuan.
Dari dalam negeri, data inflasi bulan April mungkin bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0% Hari ini, menurut Ariston, ada potensi penguatan rupiah ke arah 16.200 per dolar AS, dengan potensi resisten ke arah 16.280-16.300.