Kenapa Ekonomi Era Jokowi Tidak Pernah Tumbuh 6%? Ini Alasannya

Katadata/Lenny Septiani
Presiden Jokowi atau Joko Widodo meresmikan laboratorium pengujian alat dan perangkat telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara, Selasa (7/5).
7/5/2024, 17.27 WIB

Pertumbuhan ekonomi pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak pernah menyentuh level 6%. Pertumbuhan tertinggi mencapai 5,31% pada 2022 dan terendah -2,07% pada era pandemi Covid-19 tahun 2020.

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment INDEF, Ahmad Heri Firdaus menilai terdapat beberapa tantangan pada komponen pembentukan pertumbuhan ekonomi yang tidak pernah terakselerasi.

Ia mencontohkan dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah tangga tidak pernah tumbuh secara maksimal. Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi era Jokowi tidak pernah mencapai 6%.

“Karena ketika masyarakat baru mau konsumsi dikit, harga-harga sudah naik. Jadi tadinya mau beli banyak karena harganya mahal tidak jadi,” ujar Heri dalam diskusi publik secara daring, Selasa (7/5).

Tak hanya itu, ia menilai kualitas investasi di Tanah Air juga masih belum maksimal. Sehingga membutuhkan banyak anggaran investasi hanya untuk satu jenis produk yang akan dikembangkan di dalam negeri.

“Misalnya di negara lain, 3-4 investasi sudah menghasilkan satu barang. Sementara di Indonesia untuk menghasilkan satu jenis produk, butuh banyak investasi. Ini yang menjadi PR untuk kita untuk meningkatkan kualitas investasi agar lebih berdampak terhadap PDB,” ujarnya.

Heri menilai, dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, pemerintah dapat mendorong sektor-sektor ekonomi yang menyumbang pertumbuhan paling besar untuk memaksimalkan ekosistemnya.

“Katakanlah industri manufaktur diharapkan tumbuh lebih tinggi lagi, tapi membutuhkan ekosistem yang lebih mendukung supaya dapat tumbuh lebih besar dapat tercapai,” ujarnya.

Ia pun menilai dari sisi pengeluaran, komponen belanja rumah tangga dan investasi atau PMTB juga dapat didorong lagi dengan belanja pemerintah yang diharapkan dapat memberikan stimulus untuk konsumsi.

Ekonomi RI Tumbuh 5,11%

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,11% secara tahunan (yoy) pada kuartal I 2024. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan kuartal IV 2023 sebesar 5,04% yoy.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh aktivitas ekonomi yang tetap kuat seperti konsumsi rumah tangga, momentum lebaran dan Pemilu 2024.

Menurut Amalia, konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang utama Produk Domestik Bruto (PDB) dengan berkontribusi sebesasar 54,93% terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2024.

"Konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang utama PDB dari sisi pengeluaran," kata Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (6/5).

Diikuti pengeluaran pembentukan modal tetap bruto (PMTB) menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar kedua dengan porsi 29,31%. Lalu ekspor yang menyumbang 21,37%, konsumsi pemerintah 6,25%, dan konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) berkontribusi 1,43%.

Sementara dari sisi produksi, industri pengolahan, konstruksi, pertambangan, penggalian serta perdagangan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi, yang sejalan dengan peningkatan aktivitas produksi yang tetap kuat untuk memenuhi permintaan domestik dan luar negeri. 

Pada periode tersebut, Pulau Jawa masih berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia dengan porsi 57,70% walaupu mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 4,84% dibandingkan triwulan I 2023.

Reporter: Zahwa Madjid