Group perusahaan besar dari Cina yang bergerak di industri pengolahan nikel, CNGR gencar melakukan investasi di Indonesia. Perusahaan yang menjadi pemasok utama komponen baterai mobil listrik Tesla ini berpotensi meningkatkan investasinya.
Hal ini diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyempatkan diri mengunjungi fasilitas industri terintegrasi CNGR yang berbasis di daerah Qinzhou, Cina. Pada kesempatan itu, dia diterima langsung oleh Chairman CNGR Deng Wei Ming pada Minggu (26/5).
"Sebagai industri terintegrasi dalam pengolahan nikel, CNGR memproduksi sintesa prekursor terner dan nikel elektrolitik. CNGR juga berencana untuk investasi Rp 168,2 triliun dalam 20 tahun ke depan," kata Airlangga dalam keterangan resmi dikutip Senin (27/5).
Bahkan sejak tahun 2021, perusahaan sudah berinvestasi Rp 32,1 triliun di Indonesia. CNGR juga sudah membangun fasilitas industri pengolahan nikel di Morowali, Morowali Utara, Weda Bay, dan Batulicin.
Saat ini, CNGR mulai mengembangkan fasilitas kawasan terintegrasi di Konawe Utara yang disebut Kawasan Industri Tekno Hijau Konasara (KITHK) seluas lebih dari 5.000 Ha yang pembangunannya dimulai pada kuartal keempat 2024 dan akan menyerap 28 ribu tenaga kerja lokal.
Untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan ketahanan Cadangan mineral Indonesia, CNGR melakukan pengolahan biji nikel dengan inovasi teknologi OESBF (Oxygen Enriched Side Blown Furnace) yang merupakan industri pertama di dunia.
"Ini merupakan bentuk pemanfaatan bijih nikel dengan cakupan grade yang lebih luas, efisiensi energi yang meminimalisir emisi karbon, dan produksi limbah yang ramah lingkungan serta dapat dimanfaatkan oleh industri lain," kata Airlangga.
Selain sebagai hasil dari sinergi dengan kebijakan hilirisasi mineral di Indonesia, CNGR juga berhasil memproduksi elektrolitik nikel dengan kemurnian 99,99% dan per 23 Mei 2024 telah membawa nikel Indonesia masuk ke dalam rantai pasokan metal di LME (London Metal Exchange).