Rupiah Berpotensi Menguat Terdongkrak Surplus APBN Rp 75,7 Triliun

Fauza Syahputra|Katadata
Mata uang dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Jakarta, Rabu (15/5/2024). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat 0,11% ke level 16.083 pada awal perdagangan Rabu (15/5).
28/5/2024, 09.59 WIB

Rupiah pada hari ini berpotensi menguat karena didorong oleh sejumlah faktor internal dan eksternal sehingga bisa kembali ke posisi di bawah Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah berada di posisi Rp 16.089 per dolar AS, atau melemah dibandingkan penutupan Senin sore (27/5) pada posisi Rp 16.076 per dolar AS.

Meski demikian, sejumlah analis memproyeksi penguatan pada hari ini. Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana menilai, penguatan rupiah didorong oleh kinerja surplus APBN senilai Rp 75,7 triliun pada april 2024.

Selain itu, didorong oleh peningkatan ekspektasi penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa atau ECB Rate. "Sehingga rupiah bisa menguat atau terapresiasi ke Rp 15.925 - Rp 16.125 per dolar AS," kata Fikri kepada Katadata.co.id, Selasa (28/5).

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra juga melihat sinyal penguatan rupiah karena indeks dolar AS lebih melemah dibandingkan kemarin. Pagi ini perdagangan di kisaran 104,49 dan kemarin pagi 104.70.

"Ini mungkin bisa membantu penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini ke arah support Rp 16.000 per dolar AS, dengan potensi resisten sekitar Rp 16.100 per dolar AS," ujarnya.

Senada, Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong juga melihat potensi penguatan rupiah secara terbatas di level Rp 16.000-Rp 16.100 per dolar AS pada hari ini.

Walau diproyeksikan menguat, rupiah masih tertekan oleh prospek pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS, The Fed. Karena sejumlah pejabat The Fed mengeluarkan pernyataan hawkish yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga.

"Hingga saat ini, The Fed diperkirakan masih akan menurunkan suku bunga 35 basis poin pada tahun ini. Data inflasi PCE AS pada Minggu ini diharapkan akan termoderasi mengikuti data inflasi AS pada Minggu lalu," kata dia.

PCE sendiri adalah indeks yang mengukur tingkat kenaikan rata-rata harga dari konsumsi domestik. Indeks ini dirilis oleh Bureau of Economic Analysis (BEA) AS sebagai salah satu indikator tingkat inflasi.

Reporter: Ferrika Lukmana Sari