Rupiah Berpotensi Menguat Dipicu Pelemahan Data Tenaga Kerja AS

Fauza Syahputra|Katadata
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Jakarta, Rabu (15/5/2024). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat 0,11% ke level 16.083 pada awal perdagangan Rabu (15/5).
5/6/2024, 10.09 WIB

Nilai tukar rupiah berpotensi menguat pada hari ini karena didorong oleh pelemahan data tenaga kerja Amerika Serikat (AS). Penguatan rupiah akan terjadi secara terbatas dan diwaspadai oleh pelaku pasar.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp 16.271 per dolar AS. Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra memprediksi penguatan rupiah ke arah Rp 16.180 dengan potensi resistensi Rp 16.250 per dolar AS.

"Rupiah masih berpotensi menguat hari ini terhadap dolar AS karena data lowongan pekerjaan AS menunjukkan penurunan dari bulan sebelumnya," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (5/6).

Tercatat jumlah lowongan pekerjaan (Job Openings and Labor Turnover Survey/JOLTS) di AS turun 296 ribu dari bulan sebelumnya menjadi 8,05 juta pada April 2024. Ini merupakan penurunan terendah sejak 2021 dan melesat dari perkiraan 8,34 juta.

Menurut Ariston, pelemahan data tenaga kerja AS menunjukkan ekonomi AS juga turun, sehingga memberi peluang yang lebih besar bagi Bank Sentral AS, The Fed untuk memangkas suku bunga acuan. Pelaku pasar juga masih menanti data tenaga kerja AS lain yang dirilis Jumat malam.

Tak berbeda dengan Ariston, Analis Mata Uang Lukman Leong juga melihat peluang penguatan rupiah setelah data lowongan pekerjaan JOLts AS lebih lemah dari perkiraan.

"Namun penguatan rupiah secara terbatas, karena investor mengantisipasi data ISM Service AS pada malam ini, yang diperkirakan akan lebih baik. Dan rupiah diperkirakan pada level Rp 16.200-16.300 per dolar AS," kata dia.

Institute of Supply Management (ISM) merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai indikator kondisi ekonomi keseluruhan untuk sektor non-manufaktur.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana justru melihat kemungkinan rupiah masih bergerak sideways atau stabil naik-turun dalam rentang yang terbatas.

Salah satunya didorong oleh hasil lelang Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) yang mencatatkan nilai Rp 16.247 per dolar AS untuk tenor satu bulan dan Rp 16.268 per dolar AS untuk tenor tiga bulan.

DNDF adalah transaksi jual atau beli valuta asing terhadap rupiah dengan penyerahan dana dilakukan dalam waktu lebih dari dua hari kerja setelah tanggal transaksi. Ini merupakan alternatif transaksi lindung nilai untuk antisipasi risiko nilai tukar.

Selain itu, pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh DYX Index, yang merupakan indikator untuk mengukur kekuangan dolar AS terhadap mata uang utama seperti euro, yen, poundsterning dan lainnya. "Index DYX mengalami kenaikan 0,13% pada tadi malam," ujar Fikri.

Reporter: Ferrika Lukmana Sari