Nilai tukar rupiah berpotensi melemah terhadap pada dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini. Pelemahan rupiah dipicu oleh pernyataan pejabat Bank Sentral AS atau The Fed, ekonomi AS dan potensi Donald Trump kembali menjadi presiden AS.
Analis pasar uang Lukman Leong misalnya, mencatat dolar AS menguat (rebound) setelah pernyataan hawkish dari pejabat The Fed Mary Daly. "Sehingga rupiah berpeluang melemah Rp 16.125 - Rp 16.250 per dolar AS," kata Lukman kepada Katadata.coi.d, Jumat (19/7).
Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.50 WIB, rupiah berada pada level Rp 16.205 per dolar AS. Angka tersebut menunjukkan penguatan 50,00 poin atau sebesar 0,31%.
Sentimen risk off di bursa ekuitas dipengaruhi peningkasan tensi seputar Cina, AS, dan Taiwan. Khususnya dari pernyataan calon presiden AS, Trump dan Joe Biden yang menekan mata uang regional.
Waspadai Peluang Trump Jadi Presiden AS
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, indeks dolar AS pagi ini bergerak menguat ke atas kisaran 104.20-an. Padahal, kata Ariston, indeks dolar AS kemarin berada pada level 103-an.
Selain itu, data AS mulai membaik berdasarkan data indeks manufaktur di wilayah Philadelphia AS pada Juli 2024. "Data ini memberikan sentimen positif ke dolar AS. Angkanya juga sangat jauh dari perkiraan 13,9 berbanding 2,7," ucap Ariston.
Menurut Ariston, kondisi manufaktur yang membaik bisa jadi mengubah persepsi pasar. Sehingga membuka kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan The Fed pada tahun ini.
Selain itu, semakin besarnya peluang Trump menjadi Presiden AS juga turut memberikan sentimen positif ke dolar AS. Sebab, pada masa kepresidenan Trump sebelumnya, kebijakannya sangat pro AS sehingga mendorong penguatan dolar AS.
"Hari ini ada potensi pelemahan rupiah ke arah Rp 16.230 per dolar AS dengan support di sekitar Rp 16.160 per dolar AS," kata Ariston.
Di sisi lain, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana berharap rupiah menguat Rp 16.030 hingga Rp 16.230 per dolar AS pada hari ini.
"[Penguatan rupiah] seiring dengan harapan membaiknya hasil lelang Sekuritas Rupiah Bnak Indonesia (SRBI) ditambah appetite asing yang bisa meningkat," kata Fikri.