Sri Mulyani Yakin Rupiah Menguat Ditopang Kebijakan Moneter BI

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan keterangan pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 2024 di Kantor LPS, Jakarta, Jumat (2/8/2024). KSSK melaporkan stabilitas sistem keuangan pada triwulan II 2024 masih terjaga di tengah peningkatan tekanan pasar global dan risiko geopolitik dunia yang masih tinggi.
2/8/2024, 13.48 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis nilai tukar rupiah akan bergerak stabil dan cenderung menguat ke depannya. Hal ini sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Hal ini juga didukung komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar rupiah yang kemudian mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Jumat (2/8).

Sri Mulyani menjelaskan, nilai tukar rupiah menguat dipengaruhi bauran kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia dalam memitigasi dampak rambatan global. Nilai tukar rupiah per 26 Juli 2024 menguat 0,52% secara month to date dibandingkan Juni 2024.

Jika dibandingkan Desember 2023, nilai tukar rupiah melemah 5,48% secara year to date (ytd). Hal tersebut sejalan dengan kondisi global saat ini, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara-negara kawasan.

"Seperti Won Korea yang melemah sebesar 6,93% secara ytd dan Yen Jepang melemah sebesar 8,27% ytd," ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani memastikan, kinerja rupiah akan terus membaik, terutama ditopang oleh komitmen Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini dibarengi dengan masuknya aliran modal asing dan surplus neraca perdagangan.

Kebijakan Suku Bunga BI

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan BI masih mempertahakan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 6,25%. Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter yang pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5% plus minus 1% pada 2024 dan 2025.

"Fokus kebijakan moneter dalam jangka pendek diarahkan untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk modal asing," kata Perry.

Selain itu, bank sentral juga terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation. Hal itu melalui penguatan strategi operasi moneter yang pro-market untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

Reporter: Rahayu Subekti