Rupiah Berpotensi Melemah, Pasar Waspadai Arah Suku Bunga The Fed dan Inflasi RI

Fauza Syahputra|Katadata
Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahan pada posisi Rp.16.450 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu pagi (26/6/2024).
2/9/2024, 09.51 WIB

Sejumlah analis meramal pelemahan rupiah masih akan berlanjut hari ini. Pelemahan rupiah masih akan dipengaruhi arah suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, tingkat inflasi hingga Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia. 

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan, nilai tukar rupiah tidak akan bergerak terlalu jauh terhadap dolar AS atau masih berkonsolidasi.

“Indeks dolar AS terlihat sedikit menguat karena ekspektasi pasar berkurang terhadap pemangkasan suku bunga The Fed yang lebih besar yaitu 50 basis point. Tapi ini tidak menurunkan ekspektasi pasar bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga acuannya,” kata Ariston kepada Katadata.co.id, Senin (2/9).

Menurut Ariston, penurunan ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih besar karena dipengaruhi data PDB pada kuartal kedua 2024. Kemudian dipengaruhi tingkat inflasi AS yaitu belanja konsumen yang tidak menunjukkan penurunan.

“Sehingga potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp 15.500 per dolar AS dengan potensi support di sekitar Rp 15.430 per dolar AS,” ujar Ariston.

Berdasarkan data Bloomberg  pukul 09.10 WIB, rupiah berada pada level Rp 15.544 per dolar AS. Level tersebut meningkat 99,0 poin atau 0,64%.

Dibayangi Risiko Geopolitik Global

Senada dengan Ariston, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga memproyeksikan pelemahan rupiah pada hari ini. “Kemungkinan rupiah lanjut depresiasi ke level Rp 15.420 - Rp 15.620 per dolar AS,” kata Ariston.

Fikri menyebut pelemahan rupiah juga dipicu karena naiknya risiko geopolitik global dan investor cenderung berinvestasi aset berisiko rendah atau risk off. Selain itu, pasar juga mewaspadai rilis inflasi dan manufacturing PMI Indonesia pada hari ini.

Analis Komoditas dan Pasar Uang Lukman Leong juga melihat peluang pelemahan rupiah karena dolar AS menguat setelah data inflasi PCE AS sesuai dengan perkiraan pasar, namun data penghasilan pekerja yang sedikit lebih tinggi dari perkiraan.

“Investor menantikan data inflasi Indonesia dan indeks manufaktur Cina. Sehingga Rupiah bisa berada pada kisaran Rp 15.500 hingga Rp 15.600 per dolar AS,” ujar Lukman.

Personal Consumption Expenditure (PCE) merupakan indeks yang mengukur tingkat kenaikan rata-rata harga dari konsumsi domestik. Indeks ini dirilis tiap bulan oleh Bureau of Economic Analysis (BEA) sebagai salah satu indikator tingkat inflasi di AS. 

Reporter: Rahayu Subekti