Bank Mandiri Ramal Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,18% Tahun Depan, Ini Penopangnya
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,18% pada 2025 atau di tahun pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang konsumsi yang memulih.
Menurut data Bank Mandiri yang dipaparkan oleh Andry, belanja masyarakat per semester tiga 2024 meningkat. Hal ini seiring dengan belanja masyarakat per September 2024 yaitu sebesar 24,2% dibandingkan Agustus 2024 yaitu 21,8%.
Dia menjelaskan perubahan gaya hidup terutama dari golongan muda mendorong pertumbuhan ekonomi usai pandemi Covid-19. "Tahun depan ada peluang Indonesia itu akan tumbuh di kisaran 5,18%, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 proyeksi kami masih sama di 5,06%," katanya dalam konferensi pers secara online, Kamis (26/9).
Andry mengatakan tingkat belanja meningkat di semua wilayah, terutama Maluku, Papua dan Kalimantan. Secara umum, porsi terbesar belanja masyarakat masih untuk kebutuhan sehari-hari.
Di sisi lain, proporsi belanja leisures seperti sport, hobby, entertainment dalam tren meningkat dan merupakan yang tertinggi saat ini yaitu 6,4%. Selain itu, periode-periode libur sekolah berdampak positif menaikkan konsumsi.
Namun Bank Mandiri juga menyorot persepsi kelompok menengah dan bawah terkait penghasilan. Dibandingkan 2023, saat ini mereka cenderung lebih khawatir dengan ketersediaan lapangan kerja.
Meskipun tingkat keyakinan terkait ketersediaan lapangan kerja relatif telah pulih pada semua kelompok, namun ekspektasi penghasilan ke depan adalah hal yang paling dikhawatirkan.
"Terdapat kecenderung perubahan pola status pekerjaan dari pekerja formal menjadi pekerja informal usai pandemi," katanya.
Direktur Treasury and International Banking Bank Mandiri Eka Fitria memperkirakan perekonomian Indonesia pada tahun ini akan berada pada kisaran 5,06% yang didorong oleh konsumsi masyarakat yang bertumbuh positif.
Selain konsumsi masyarakat, ia juga menyoroti sektor manufaktur yang diprediksi akan bertumbuh dengan pesat. "Lalu sektor manufaktur pada pasar domestik juga tumbuh positif seperti misalnya industri makanan minuman, hingga industri kimia farmasi," kata Eka.
Namun, ia juga mengkhawatirkan pelemahan permintaan ekspor akan menjadi sentimen negatif sektor manufaktur. Misalnya saja seperti ekspor garmen, furnitur, kayu dan elektronik.
Tetapi ia berharap sektor manufaktur berorientasi ekspor bisa tetap bertumbuh dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi global dan seiring dengan era suku bunga rendah.