RI Alami Deflasi Panjang 5 Bulan Beruntun, Pertama Setelah Krisis Moneter 1998

ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/hp.
Ilustrasi. Indonesia mengalami deflasi lima bulan berturut-turut pada September 2024.
Penulis: Rahayu Subekti
Editor: Sorta Tobing
1/10/2024, 15.30 WIB

Deflasi terjadi lagi pada September 2024. Badan Pusat Statistik mencatat angkanya mencapai 0,12% secara bulanan, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencapai 0,03%. 

Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebut deflasi bulan September 2024 lebih dalam daripada bulan sebelumnya. “Dan merupakan deflasi kelima pada 2024 secara bulanan," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (1/10).

Kondisi deflasi selama lima bulan beruntun menjadi yang terpanjang sejak 1999. Setahun usai krisis 1998, Indonesia sempat mengalami deflasi selama tujuh bulan berturut-turut. 

Pada bulan lalu, data BPS menunjukkan, kelompok penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan minuman dan tembakau. Angkanya sebesar 0,59% dan memberikan andil deflasi 0,17%.

BPS juga mencatat penurunan indeks harga konsumen atau IHK dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024. Sedangkan inflasi mencapai 1,84% secara tahunan (yoy), atau lebih rendah dari bulan sebelumnya 2,12% yoy.

Selain bulan September, Indonesia juga mengalami deflasi pada periode Mei hingga Agustus 2024. Pada periode tersebut, masing-masing laju deflasi mencapai 0,03%, 0,18%, 0,08%, dan 0,03%.

Riwaya Deflasi Terparah RI

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini sebelumnya mengatakan fenomena deflasi beruntun bukan hal baru di Tanah Air. Kasus serupa pernah terjadi pada saat Indonesia menghadapi tiga krisis.

Pertama, setelah krisis finansial Asia, Indonesia mengalami deflasi tujuh bulan berturut-turut, selama Maret-September 1999. "Ini akibat depresiasi nilai tukar dan penurunan harga beberapa jenis barang," kata Pudji saat konferensi pers 2 September lalu.

Kedua, saat krisi finansial global 2008. Indonesia mengalami deflasi akibat penurunan harga minyak dan pelemahan permintaan domestik. Periode harga-harga barang turun ini terjadi pada Desember 2008 hingga Januari 2009.

Ketiga, saat pandemi Covid-19. Ketika itu daya beli masyarakat anjlok. Negara ini mengalami deflasi selama tiga bulan beruntun, yaitu Juli-September 2020. 

Sebab Deflasi 2024

Deflasi tahun ini, menurut ekonom Universitas Paramadina akibat aktivitas ekonomi yang melemah. "Tabungan masyarakat makin tergerus, kredit macet kendaraan terus meningkat, dan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masih tinggi," katanya kepada Katadata.co.id

Kebijakan pemerintah juga semakin memperbesar tsunami deindustrialisasi yang mendorong peningkatan pengangguran, daya beli masyarakat tergerus, penurunan penerimaan pajak, serta konsumen dan produsen dihantui rasa pesimistis. 

“Kita memasuki era deflasi yang panjang dengan kemampuan intervensi pemerintah yang makin terbatas akibat kondisi fiskal yang lemah," ujar Wijayanto.

Jika kondisi deflasi terus terjadi, Indonesia bakal memasuki lingkaran setan menuju kemunduran ekonomi. Dan bakal sulit keluar dari lingkaran tersebut.